REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tahun tidak kurang dari satu juta anak di Indonesia mengalami status gizi yang buruk. Bahkan 45 persen dari kematian bayi dan balita diakibatkan oleh gizi buruk.
Akibatnya, Indonesia menempati urutan kelima yang memiliki kasus gizi buruk terbesar di dunia pada 2012. Direktur Bina Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dr. Minarto menuturkan, masalah gizi buruk yang dialami anak-anak Indonesia tidak hanya disebabkan oleh faktor kemiskinan.
Menurutnya, gizi buruk yang dialami anak Indonesia juga dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat akan gizi. Sehingga, ada saja anak keluarga kaya yang juga mengalami gizi buruk.
"Memang pada Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) masalah gizi buruk didominasi dan dipengaruhi oleh keluarga miskin. Tapi ternyata gizi buruk juga dialami oleh keluarga yang kaya," ujar Minarto dihubungi Ahad (3/3).
Menurutnya, pola asuh serta pemahaman ibu-ibu seperti pemberian ASI juga memberikan efek yang cukup signifikan bagi perkembangan gizi anak. "Faktor ekonomi dan faktur pola asuh memang saling berkaitan," ujar Minarto.
Minarto mengatakan, adanya anggapan tata laksana kebijakan gizi buruk di Indonesia yang terkesan lamban tidak sepenuhnya benar. Menurutnya, jika dilihat dari prevalensinya kasus gizi buruk menurun. Akan tetapi jumlah anak Indonesia terus meningkat sehingga kesannya jumlah kasus gizi buruk tidak ada penurunan.
Minarto mengungkapkan saat ini terdapat 22 juta anak balita yang dilaporkan mengalami gizi buruk. Untuk menangani masalah gizi buruk jutaan anak Indonesia tersebut, Minarto menuturkan, Kemenkes akan kembali merevitalisasikan peran posyandu.