REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Seribuan pesepeda yang berasal dari berbagai komunitas sepeda di Yogyakarta memeriahkan kegiatan "Serangan Oemoem Sepeda" pada Ahad. Kegiatan digelar sebagai rangkaian acara peringatan delapan windu Serangan Oemoem 1 Maret 1949.
Sesuai dengan tema acara, maka pesepeda yang mengikuti kegiatan tersebut pun diwajibkan menggunakan selembar janur kuning di lengan kiri mereka. Janur kuning adalah sandi yang digunakan para pejuang saat melakukan serangan kepada tentara Belanda yang masih menduduki Yogyakarta.
Meskipun serangan hanya dilakukan enam jam, namun serangan tersebut menimbulkan dampak yang luar biasa karena dunia internasional mengetahui bahwa Indonesia masih berdiri.
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, yang hadir dalam kegiatan tersebut mengajak seluruh peserta untuk mengheningkan cipta untuk para pejuang yang telah berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
"Melalui kegiatan ini, seluruh generasi muda juga bisa mengikuti jejak para pejuang untuk terus mengisi kemerdekaan dengan berbagai hal yang positif," katanya.
Setelah diperdengarkan sirine yang 64 tahun lalu menandai dimulainya Serangan Oemoem 1 Maret, seluruh peserta kemudian diberangkatkan oleh Ketua Paguyuban Wehrkreis Yogyakarta GBPH Yudhaningrat.
Dari Titik Nol Kilometer, peserta melalui Jalan Trikora, Jalan Ibu Ruswo, Jalan Mataram, Jalan Pasar Kembang, Jalan Sudirman, Tugu, Jetis, Jalan Magelang dan berakhir di Hotel Sahid Rich.
Selain diikuti ribuan peserta, kegiatan tersebut juga diikuti oleh anggota Paguyuban Wehrkreis Daerah Perlawanan III yang menaiki sejumlah mobil kuno mengikuti para pesepeda. Panitia Peringatan 64 Tahun Serangan Oemoem telah menyediakan berbagai hadiah menarik, di antaranya 34 buah sepeda.