Kamis 28 Feb 2013 23:25 WIB

Sudan Ingin Jadi 'Sister Province' Jabar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Peta wilayah Sudan.
Foto: africa-confidential.com
Peta wilayah Sudan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Ketua Parlemen Sudan, Ibrahim El Tahir dan Duta Besar Sudan untuk Indonesia Abdul Al Rahum Al Siddiq mengunjungi Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Kamis (28/2).

Pada kunjungan tersebut, pemerintah Sudan menyatakan ingin menjadi sister province atau provinsi kembar dengan Jabar. Menurut Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Sudan mengunjungi Jabar sebagai kunjungan persahabatan. Karena, bagi orang Sudan, Indonesia tidak asing lagi.

Apalagi, bendera Sudan pertama kali berkibar di Indonesia, di Bandung saat KAA 1955. Alasan kedua, kondisi Sudan mulai stabil. Jadi, pemerintahan mereka sedang gencar membangun.

Sudan, kata Heryawan, memiliki sumber daya alam yang bagus dan banyak. Jadi, perlu ada rancangan kerja sama ke depan dengan Indonesia khususnya dengan Jabar. Kerja sama pertama yang akan dibuat, Sudan mengajak Provinsi Jabar untuk membuat sister provinces atau provinsi kembar dan bersaudara. 

"Sudan kan juga negara berkembang membutuhkan investasi. Mereka, lebih senang kalau yang berinvestasi sesama saudaranya berasal dari Indonesia," ujar Heryawan kepada wartawan, Kamis (28/2).

Menurut Heryawan, investasi yang ditawarkan ke Jabar salah satunya adalah pertanian. Karena, Sudan memiliki banyak lahan datar yang bisa digunakan untuk pertanian. Dari mulai ditanami nam padi yang biasa dikonsumsi masyarakat Timur Tengah, jeruk, sampai  buah-buahan yang lain. 

Potensi Sudan lainnya, kata dia, peternakan. Sudan, memiliki kuda-kuda besar yang saat ini masih belum dipandang secara ekonomi. Padahal, kualitas kuda tersebut sama dengan kuda Australia.

"Jadi gitu tadi, mereka berharap ke Indonesia karena 10 tahun terakhir, Indonesia mengalami kemajuan yang luar baisa," katanya menjelaskan. 

Heryawan mengatakan, Sudan melihat pembangunan fisik di Indonesia sangat luar biasa berbeda dengan 10 atau 15 tahun lalu. Pemerintahnya pun, menyambut baik hadirnya Indoensisa sebagai negara berkembang menuju maju dan berharap bisa bekerja sama dengan Sudan.

"Tapi mereka kesini bukan sebagai investor justru meminta Jabar jadi investor," katanya menegaskan.

Selain menawarkan kerja sama di bidang ekonomi, menurut Heryawan, Sudan pun menawarkan kerja sama di bidang yang lain. Misalnya, pendidikan. Karena, pendidikan agama islam di negara tersebut cukup baik.

Sudan, memiliki universitas Khultum yang kualitasnya mirip dengan Al Azhar di Mesir kualitasnya. "Itu pun memungkinkan kalau kerja sama dengan mereka," katanya.

Saat ditanya apakah kerja sama tersebut sudah dituangkan dalam perjanjian hitam di atas putih, Heryawan mengatakan, pertemuan tersebut baru penjajakan. Namun, untuk pertemuan berikutnya akan lebih mudah setiap saat bisa berkomunikasi melalui telepon.

"Kami tentu akan melihat peluangnya. Suatu saat, saya harus hadir kesana kunjungan balasan ya," katanya.

Dikatakan Heryawan, saat ini negara Timur Tengah yang sudah menjalin kerja sama sister province dengan Jabar adalah Jeddah. Namun, kurang berjalan dengan baik. 

Menurut Ketua Parlemen Sudan, Ibrahim El Tahir, pihaknya sangat senang bisa berkunjung ke Bandung dan bertemu dengan Gubernur Jabar. Indonesia, negara yang terus berkembang.

Jadi, Sudan ingin menjalin kerja sama dengan Indonesia. Kunjungan ini dilakukan, untuk mempromosikan Sudan.  "Kami ingin menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan Indonesia," kata Ibrahim.

Kerja sama yang bisa dilakukan antara Sudan dan Jabar, menurut Ibrahim, salah satunya di bidang ekonomi. Sudan memiliki potensi pertanian, mineral, dan sumber daya alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement