REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan bahwa musim kemarau pada tahun ini akan berlangsung lebih cepat sekitar sepuluh hari hingga satu bulan.
"Kami memperkirakan, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki musim kemarau pada April dan Mei 2013 atau lebih awal dari prakiraan normal yang biasa terjadi pada bulan Juni," kata Kepala BMKG Sri Woro di Jakarta, Kamis (28/2).
Dia menjelaskan bahwa hal itu terjadi akibat global warming atau pemanasan global. "Prakiraan musim kemarau ini sangat dibutuhkan oleh Kementerian Pertanian agar ketahanan pangan tetap terjaga," katanya.
Sifat hujan selama musim kemarau, tambah dia, diperkirakan normal sehingga usaha pertanian tidak mengalami hambatan. "Prakiraan musim kemarau ini akan segera disosialisasikan ke tingkat petani," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kata dia, ikut meningkatkan pengetahuan dan teknologi pertanian, terutama terkait dengan perubahan cuaca dengan mengintensifkan pelaksanaan program Sekolah Lapang-Iklim bagi petani.
"Melalui sekolah ini diharapkan petani lebih dapat membaca perubahan musim terhadap musim bertanamnya," katanya.
Selain itu, tambah dia, BMKG akan mempercepat penyampaian informasi dan prediksi cuaca kepada petani serta pelatihan kepada petani guna memahami informasi cuaca terkait dengan masa dan pola tanam.
Dia juga menjelaskan bahwa prediksi akan lebih cepatnya musim kemarau terkait adanya pengaruh La Nina lemah.
"Suhu permukaan laut di barat kawasan ekuator Samudra Pasifik menghangat. Munculnya fenomena anomali cuaca itu akan berdampak pada pasokan uap air yang relatif tinggi di Indonesia, terutama kawasan timur," katanya.
Dengan mundurnya awal musim kemarau dan cuaca yang cenderung basah, kata dia, akan berdampak pada penambahan musim tanam dan panen pada tahun ini.