REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mendukung penutupan Departemen Store yang terletak berhimpitan dengan Pasar Ciawi, Bogor.
Organisasi independen yang diketuai Prabowo Subiyanto ini telah merapatkan barisan dengan Paguyuban Keluarga Besar Pedagang Pasar Ciawi (PAKAR PPC), Senin (25/2).
Hal ini bertujuan untuk memperkuat posisi pedagang Ciawi dalam menghadapi pemerintah. Wakil Sekjen DPP APPSI, Sjukrianto Yulia menyatakan dukungannya terhadap pedagang pasar Ciawi.
Ia mengatakan akan membantu dalam memberikan advokasi kepada Pemerintah Daerah (Pemda), dukungan kepada pedagang pasar dan membantu penyelesaian dalam berhadapan dengan Pemerintah Daerah.
"Peran Kepala Daerah yang pro terhadap pedagang pasar sangat menentukan," kata dia.
Sjukriyanto mengatakan pasar modern yang mengancam pasar tradisional memang masalah klasik yang sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Ia mencontohkan beberapa daerah yang telah mengoordinasikan kedua pasar tersebut dengan baik seperti Cianjur, Lamongan, Solo juga Surabaya.
Ia mengakui ada Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur jarak antara pasar tradisional dan pasar modern yang tidak boleh lebih dari sekitar 400 meter. "Tapi entah mungkin ada kamuflase, atau ada permainan oknum tertentu sehingga izin mendirikan bangunannya disetujui,'' kata dia.
Humas PD Pasar Tohaga, Cahyono BS mengatakan, belum ada mediasi yang dilakukan pihak pasar Ciawi maupun Departemen Store yang diklaim mengancam tersebut.
Ia mengatakan, tempat pembelanjaan pakaian dan alat-alat rumah tangga tersebut sempat tutup pada akhir 2012 setelah didemo pedagang pasar. "Tapi, tanggal 1 Januari 2013 buka lagi," kata Cahyono.
Ia mengaku, PD Pasar Tohaga tidak memiliki kewenangan dalam menutup Departemen Store tersebut. Hingga saat ini, Cahyono mengatakan belum ada mediasi yang diupayakan Pemda dalam mempertemukan kedua belah pihak.