REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua DPP Partai Hati Nurani Rakyat Yuddy Chrisnandi mengharapkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat merapat dan bergabung ke partainya.
"Saya berharap secara pribadi kalau Anas memang mundur dari Partai Demokrat, dia gabung Partai Hanura," katanya usai pertemuan bertajuk "Hati Nurani Bicara Bersama Wiranto dan Peluncuran Hanura Digital" di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Senin.
Yuddy mengaku bahwa dirinya sudah ada komunikasi terkait dengan penawaran bergabungnya Anas Urbaningrum ke Partai Hanura. "Semalam saya sudah bertemu Anas, sebagai teman 'kan tidak ada salahnya kita menawarkan," katanya.
Dia menyatakan tidak akan ragu untuk menyerahkan dapilnya (daerah pemilihan) kepada Anas jika benar-benar bergabung dengan Partai Hanura. "Saya akan kasih dapil saya karena dia lebih hebat dari saya," katanya.
Menurut Yuddy, Anas memiliki banyak pengalaman, seperti pernah menjadi Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Ketua Umum Partai Demokrat.
"Dia juga memiliki daya tarik personalitas yang kuat sehingga mampu mengalahkan elite Partai Demokrat yang tidak menghendakinya menjadi ketua umum pada waktu itu," katanya.
Yuddy menegaskan bahwa konteks tersebut terlepas dari status hukum Anas yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dengan kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang, Bogor.
"Itu merupakan prinsip-prinsip pencalegan di Hanura. Jika ada kader yang punya potensi dan integritas lebih baik, akan diperhitungkan," katanya.
Dia juga mengimbau kader harus tahu diri jika ada yang memiliki kemampuan lebih mumpuni, seperti ketokohannya lebih dikenal dan kualitasnya lebih baik. "Demi kemenangan partai, jadi tidak berebut posisi," katanya.
Ketua Dewan Pemenangan Hanura tersebut juga mengaku optimistis akan melewati ambang batas perolehan suara minimal parpol (parliementary treshold) sebanyak 3,5 persen. "Hasil survei terkait dengan elektabilitas Partai Hanura juga semakin meningkat. Berdasarkan salah satu survei elektabilitas Hanura naik dari 5,6 persen menjadi 5,8 persen walaupun ada hal yang tidak menggembirakan," katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika