Senin 25 Feb 2013 06:18 WIB

Aher, Artis, dan Kemenangan di Jabar

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Mansyur Faqih
 Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar berdoa bersama di Media Center Aher-Deddy, Bandung, Jawa Barat, Ahad (24/2).  (Republika/Prayogi)
Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar berdoa bersama di Media Center Aher-Deddy, Bandung, Jawa Barat, Ahad (24/2). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keunggulan Ahmad Heryawan (Aher) di pemilukada Jawa Barat ternyata tak lepas dari sosok artis yang digandeng menjadi wakil. Bahkan, artis itu yang membantu mendongkrak perolehan suara pasangan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.

Presiden PKS, Anis Mata menjelaskan, momen perolehan Aher kali ini lebih spesial dibanding kemenangannya pada pemilukada sebelumnya. Alasannya, kondisi yang dihadapi PKS menjadi halangan besar bagi Aher untuk bisa menang. Misalnya dengan kasus dugaan suap impor daging sapi yang tengah menjerat mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. 

Namun, beruntung sosok Deddy Mizwar yang dikenal luas oleh masyarakat Jawa Barat turut membantu kemenangan Aher.

"Tidak dapat ditampik, kekuatan daya sedot suara dari Deddy sangat tinggi. Kehadirannya menemani Aher memberikan peran penting bagi kemenangan ini," kata dia saat berbincang dengan Republika di Jakarta Ahad (24/2) malam. 

Dia bahkan mengatakan, kehadiran artis di samping Aher menjadi kekuatan citra yang amat tinggi. Menurutnya, faktor utama kesuksesan pemilihan artis sebagai wakil Aher tak lepas dari pengamatan PKS pada kecenderungan warga Jawa Barat. Yaitu, menghargai seseorang yang populer untuk menjadi pemimpin.

Pada pemilukada Jawa Barat yang lalu, PKS menggandeng Dede Yusuf sebagai wakil. "Dan ternyata benar, metoda yang lima tahun lalu kami gunakan masih ampuh hingga sekarang. Beruntung, pemilihan Deddy adalah keputusan yang tepat bagi Aher," ujar Anis. 

Ke depan, Anis tak menutup kemungkinan mulai akan kembali menggandeng artis untuk menemani kader PKS dalam pemilihan kepala daeah. Meski pun, harus tetap sesuai dengan wilayah tempat pemilihan berlangsung. 

"Apa yang terjadi di Jabar belum pasti ampuh di wilayah lain. Sejauh ini, yang kami lihat hanya Jabar yang berpotensi dalam penerapan metode tersebut," kata dia.

Apalagi, ujar Anis, jika berbicara untuk tingkat pemilihan yang lebih tinggi. Misalnya untuk pemilihan presiden dan wakilnya.

"Kalau untuk presiden atau wakil sepertinya belum. Kami masih harus mempertimbangkan banyak hal untuk jabatan sentral seperti itu," papar mantan Wakil Ketua DPR tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement