REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus yang menimpa mantan presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq benar-benar berdampak luar biasa terhadap elektablitas partai. Tengok saja, hasil seurvei terbaru yang dilansir Lembaga Survei Jakarta (LSJ).
Hasil survei LSJ memperlihatkan PKS hanya memeroleh angka 2,6 persen. Ketika LSJ menanyakan pada responden tentang keyakinan mereka PKS sebagai partai bersih, 66 persen menjawab tidak yakin. Hanya 15,7 persen responden yang percaya PKS partai bersih, sedangkan sisanya 18,3 persen menjawab tidak tahu.
Pendapat berbeda disampaikan Sekjen Asosiasi Research dan Opini Publik Seluruh Indonesia (AROPI), Umar S Bakry. Menurut dia, elektabilitas PKS sebelum kasus korupsi presidennya memang sudah menurun.
"Dengan kasus LHI kemungkinan PKS memang akan semakin terjun bebas dan habis," kata Umar terkait hasil survei LSj di Restoran Pulau Dua Senayan, Jakarta, Selasa (19/2).
Sementara menurut pengamat politik Fadjroel Rahman, apa yang dialami PKS merupakan gempa politik. Kasus yang menimpa Luthfi diibaratkannya ibarat gempa berkekuatan 9 Skala Richter.
"Kalau anak ketua Dewan Syuro, Ridwan Hakim yang tengah diincar KPK juga terbukti korupsi, gempanya menjadi 10 SR," ungkap Fadjroel.
Jajak pendapat LSJ dilakukan pada 9 Februari hingga 15 Februari 2013 di 33 provinsi dengan mengambil sampel sebanyak 1.225 responden. Dengan margin of error 2,8 persen dan level of confidence 95 persen.
Populasi dari jajak pendapat adalah seluruh penduduk Indonesia yang telah memiliki hak pilih. Pengumpulan data dilakukan dengan metode teknik wawancara dengan responden berpedoman pada kuesioner.
Secara keseluruhan, LSJ menunjukkan elektabilitas tertinggi diraih Partai Golkar dengan angka 18,5 persen. Peringkat kedua, PDIP 16,5 persen. Diikuti Partai Gerindra dengan perolehan 10,3 persen. Sedangkan Partai Demokrat terjun bebas ke angka 6,9 persen.
Kemudian peringkat ke lima Partai Hanura 5,8 persen, diikuti Partai Nasdem 4,5 persen. Sedangkan PKS harus rela dengan elektabilitas 2,6 persen. Kemudian PAN 2,5 persen, PPP 2,4 persen, dan PKB 1,8 persen.