REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prahara Partai Demokrat akibat adanya matahari kembar nyatanya memunculkan friksi dan membuat partai menjadi tidak solid.
Pengambilalihan wewenang Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum oleh Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata tidak otomatis membuat elektabilitas naik.
Berasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) periode Februari 2013, publik malah khawatir SBY sibuk mengurusi partai daripada tugas pemerintahan.
Peneliti senior LSI Barkah Patimahu mengatakan, turun tangannya SBY melakukan penyelamatan Demokrat hanya membuat keadaan semakin terpuruk.
"Manuver SBY menjadi preseden buruk bagi demokrasi dan merusak tatanan internal parpol. Idealnya pergantian pimpinan melalui kongres," kata Barkah di kantor LSI, Jakarta Timur, Ahad (17/2).
Kekhawatiran publik, kata dia, merata di semua segmen masyarakat Indonesia dengan rata-rata di atas 50 persen.
Keputusan SBY mengurusi secara langsung Demokrat malah dinilai kontraproduktif. Padahal, SBY sudah berkomitmen ke publik tentang pemerintahannya untuk fokus menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
Barkah melanjutkan, hanya 32,67 persen publik yang percaya pengambilalihan komando Demokrat oleh SBY tidak akan menggangu kinerjanya sebagai presiden.
Adapun mayoritas 67,33 persen publik percaya keputusan SBY turun tangan membuat dia terjebak pada urusan partai dan melupakan urusan rakyat.