Sabtu 16 Feb 2013 18:11 WIB

APTISI Dorong Sosok Terbaik Jadi Pimpinan Nasional

sekjen APTISI Prof Suyatno pada Rapat Pleno Pimpinan Pusat (RPPP) APTISI
Foto: dok.aptisi
sekjen APTISI Prof Suyatno pada Rapat Pleno Pimpinan Pusat (RPPP) APTISI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) mendorong perguruan tinggi di Indonesia mempromosikan orang-orang terbaik bangsa menjadi figur pemimpin nasional.

"2013 adalah tahun politik. Bangsa Indonesia akan mempersiapkan proses suksesi kepemimpinan nasional," kata Sekretaris Jenderal APTISI Prof Dr Suyatno di Jakarta Sabtu (16/2).

Suyatno menjelaskan sikap APTISI tersebut yang dihasilkan pada Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) APTISI ke-3 di Makassar, Sulawesi Selatan 14-16 Februari lalu.

Selain partai-partai politik, sambung Rektor UHAMKA Jakarta, proses suksesi ini harus juga menjadi kepedulian semua lapisan masyarakat termasuk perguruan tinggi, karena soal ini menyangkut nasib bangsa Indonesia ke depan.

Pada tahun politik 2013i, Suyatno memprediksi, akan menjadi tahun yang sangat rawan akselerasi korupsi, sehingga diperlukan pula akselerasi upaya pencegahan dan pemberantasan yang lebih sistemik.

"Salah satu faktor penyebab korupsi adalah mahalnya biaya politik. Untuk itu, diperlukan suatu sistem 'politik murah'. Selain itu rekrutmen kader-kader partai politik diperbaiki dengan mengutamakan kriteria terbaik," ujarnya.

Kriteria pemimpin bangsa menurut APTISI, kata Suyatno, yakni orang yang kuat, tegas, berani, memiliki integritas, kapabilitas, aksepbilitas, dan harus merupakan pribadi yang bersih, bebas dari korupsi.

Dalam pertemuan itu, APTISI juga menyikapi penyalahgunaan narkoba di tanah air yang sudah sampai pada situasi 'gawat darurat' dan merupakan salah satu masalah bangsa yang sangat serius.

Dari data Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat (Kelima) diperkirakan jumlah pengguna narkoba pada 2012 mencapai 5 juta orang, yang pada umumnya merupakan generasi muda, termasuk mahasiswa.

Prevalensinya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana penelitian BNN dan Puslitkes UI, pada tahun 2011 angkanya sebesar 2,2 persen dan diperkirakan naik menjadi 2,56 persen pada tahun 2013, dan 2,80 persen pada 2015.

Badan Narkotika Nasional (BNN) juga memprediksi kerugian ekonomi dari penyalahgunaan narkoba mencapai Rp 48,2 triliun dan setiap hari tidak kurang dari 50 orang meninggal akibat mengkonsumsi Narkoba.

"Untuk mengatasi masalah ini diperlukan upaya masif dari pemerintah dan semua lapisan masyarakat. Perguruan tinggi swasta harus berkontribusi dengan melakukan upaya-upaya nyata,'' jelasnya.

Upaya nyata itu antara lain dengan gerakan Kampus Bersih Narkoba dan mendirikan pusat-pusat studi, konsultasi dan rehabilitasi di kampusnya masing-masing,'' jelas Suyatno menambahkan.

n

sumber : antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement