REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Ribuan buruh pabrik rambut palsu di PT Sunchang Indonesia, Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (15/2), menggelar aksi mogok kerja. Aksi mogok kerja ini sebagai bentuk protes atas perlakukan tidak manusiawi dari pimpinan perusahaan asal Korea tersebut.
Dalam aksi mogok kerja tersebut, para buruh berkumpul di depan kantor, Jalan Perintisi Kemerdekaan, Purbalingga, sambil berteriak-teriak dan membawa berbagai poster berbahasa Korea maupun Indonesia seperti "Kami Manusia Biasa, Jangan Ditindas", "Kami Datang untuk Bekerja, Bukan Dihina", "Kami Bukan Boneka Bernyawa yang Selalu Dijadikan Budak Orang Korea, Kami Butuh Kesejahteraan", dan "Orang Jawa juga Manusia"
Selain menentang perlakuan tidak manusiawi, para buruh juga meminta perusahaan membatalkan hukuman lembur jika target produksi tidak tercapai. "Kami sering dibentak bentak yang tidak manusiawi, kami diperlakukan kasar," kata salah seorang buruh, Eko (32). Bahkan jika sakit, kata dia, buruh selalu dipersulit meskipun ada surat keterangan dokter.
Buruh lainnya, Iin (27) mengaku sering dibentak dengan kata-kata kasar yang merendahkan martabat bangsa. "Ada yang sampai dibilang bahwa orang Indonesia tidak punya otak," katanya.
Sementara buruh lainnya, Dewi (27) mengatakan, selama ini terjadi ketidakadilan karena harus ada target. "Jika tidak memenuhi target, maka harus diselesaikan meskipun telah di luar jam kerja. Itu sama sekali tidak dihitung lembur. Belum lagi ada bentakan-bentakan dari pimpinan pabrik," katanya.
Perlakuan kasar ini sering dilakukan oleh Dae yang merupakan anak dari Kim Dae Keun atau pemilik perusahaan. Oleh karena itu, para buruh menuntut pengusaha asal Korea ini meminta maaf secara terbuka.
Akibat aksi mogok kerja tersebut, aktivitas pabrik yang memroduksi rambut palsu ini lumpuh total. Sementara itu, di dalam kantor perusahaan, dilakukan pertemuan antara perwakilan buruh dengan manajemen yang dijembatani petugas Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Purbalingga.