Selasa 12 Feb 2013 15:30 WIB

RS Atmajaya: Kami Tidak Pernah Menolak Anissa

Rep: Ilhami Rizqi Ashya/ Red: Heri Ruslan
RS Atmajaya
Foto: laman resmi RS Atmajaya
RS Atmajaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen RS Atmajaya yang sempat merawat Annisa -- mahasiswi UI yang meninggal karena jatuh dari angkot --  membantah telah menolak memberikan tindakan medis.

Annisa yang saat itu dibawa dalam keadaan tidak sadar pada Rabu (6/2) langsung diberikan tindakan medis. Setelah beberapa hari dirawat, Annisa kemudian dipindah ke RS Koja.

Hal ini dibenarkan oleh Direktur SDM dan Umum RS Atmajaya, Yohanes Temaluru, pada Senin (11/2). “Ya benar kami pindahkan, tapi bukan karena kami tolak berikan penanganan medis, itu atas permintaan keluarga” tegas Yohanes.

Yohanes mengatakan pihak Rumah Sakit telah menerapkan prosedur medis dan administrasi standar, almarhumah pun sempat membaik dan sadarkan diri. Bahkan ia sempat berbicara kepada Happy Herawati, Koordinator Humas RS Atmajaya, mengenai penyebab tindakan yang dilakukannya.

“Dia bilang minta diturunkan tapi supirnya bilang nanti diantarkan lagi saja ke tempat dia naik” kata Happy.

Sebelumnya RS Atmajaya diberitakan telah menolak melakukan tindakan medis terhadap Anissa karena keluarga korban tidak memiliki uang sebesar Rp 12 juta sebagai DP operasi. Namun menurut keterangan Yohanes yang sebenarnya terjadi adalah Anissa yang keadaannya telah membaik dapat dipindah ke bangsal perawatan.

Karena kondisi Icha, panggilan akrab Anissa, masih tidak stabil, seorang dokter spesialis syaraf, dr Jimmy menyarankan agar Icha dimasukkan ke ruang ICU agar Icha lebih terpantau.

Menurut aturan RS Atmajaya, pasien yang hendak memasuki ruang ICU memang harus memberikan DP sebesar 12 juta. Bila keluarga pasien tidak mampu memenuhi biaya tersebut, keluarga bisa menyebutkan nilai uang yang mampu disediakan dan mengisi formulir khusus kesanggupan membayar biaya perawatan.

Sisa biaya yang tidak mampu dipenuhi oleh keluarga akan ditambahkan dari sumbangan yang didapatkan dari pihak ketiga. Pihak tersebut adalah lembaga-lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemberian bantuan bagi pasien kurang mampu yang memang sudah dikenal pihak rumah sakit. Biaya dan kemungkinan pembiayaan tersebut sudah dijelaskan kepada keluarga pada Rabu malam.

Namun saat itu keluarga Icha belum memberikan jawaban hingga esok harinya (7/2), ketika akhirnya datang pada siang hari pukul 13.00, keluarga bilang akan memindahkan Icha ke RS Koja yang lebih dekat dari rumah kerabatnya.

Saat pemindahan pun RS Atmajaya tetap memberikan pantauan dan tindakan medis terhadap Icha. “Kami pastikan dulu keadaannya, setelah aman baru kami pindahkan ke RS yang ditunjuk, bahkan kami tawarkan dokter untuk menemani” kata Happy.

Icha sendiri akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di RS Koja pada Minggu (10/2) dini hari akibat pendarahan pada otak yang diakibatkan benturan keras di kepala.

Icha diketahui melompat dari angkot yang ditumpanginya karena merasa khawatir akan diculik sang supir yang membawanya ke daerah yang ia tidak kenal.

Jamal, supir angkot tersebut pun kini telah ditangkap di Kepolisian Sektor Tambora Jakarta Barat. Namun Jamal hanya akan dikenai sanksi ringan akibat kelalaian di jalan karena ia mengaku tidak memiliki niat jahat kepada korban.

Jamal keluar dari trayek angkot yang biasanya hanya untuk menghindari macet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement