Jumat 08 Feb 2013 20:23 WIB

Imlek Penuh Budaya di 'Warung Semawis' Semarang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Mansyur Faqih
eorang pengunjung memilih berbagai suvenir kerajinan tangan yang dipajang pada pameran produk usaha kecil menengah (UKM) bertema Go Green Pecinan, di Pasar Imlek Semawis (PIS) 2011, di Semarang, Jateng, Senin, 31 Januari 2011
Foto: Antara
eorang pengunjung memilih berbagai suvenir kerajinan tangan yang dipajang pada pameran produk usaha kecil menengah (UKM) bertema Go Green Pecinan, di Pasar Imlek Semawis (PIS) 2011, di Semarang, Jateng, Senin, 31 Januari 2011

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG —- Warga Tionghoa di Kota Semarang menyambut datangnya tahun baru Imlek dengan hajat Warung Semawis. Atau, yang biasa disebut dengan Pasar Imlek Semawis (PIS).

Pasar malam tahunan ini dipusatkan di kawasan pecinan Semarang. Tepatnya di sepanjang Gang Warung. Tahun ini, acara berlangsung selama tiga hari, mulai Rabu (6/2) hingga Jumat (8/2).

Sejak kali pertama digelar pada 2005, PIS menjadi agenda rutin. Bahkan, menjadi semacam tradisi para etnis Tionghoa Kota Semarang dalam menyambut datangnya tahun baru Imlek.

Pasar malam ini tak sekedar menyajikan beragam kuliner yang bernuansa oriental. Namun juga menampilkan ragam budaya serta kesenian para leluhur dan warga keturunan Tionghoa.

Tak hanya itu, hajat yang telah dijadikan agenda kunjungan wisatawan ini juga menampilkan berbagai kesenian dan budaya asli pribumi.

"Karena Pasar Semawis ini juga mengapresiasi tema-tema akulturasi budaya warga Semarang yang didominasi etnis Jawa, Cina dan Arab," ungkap Plt Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, Jumat (8/2).

Ketua Komunitas Pecinan untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Harjanto Halim menambahkan, PIS bisa dijadikan laboratorium yang mewadahi budaya dan kesenian semua etnis. Ini karena di pasar malam tersebut ada pagelaran kesenian Tionghoa dan kesenian Jawa khas Semarang, seperti ketoprak. Termasuk kesenian Arab yang berkembang di Kota Semarang, seperti zipin atau rebana.

Kebersamaan dan pembauran etnis budaya tersebut pun menarik kunjungan wisata. Sekaligus memberikan nilai tambah bagi warga Kota Semarang. "Dengan begitu PIS akan menjadi salah satu ikon kunjungan," ujarnya.

Pasar malam ini juga menarik perhatian warga keturunan Tionghoa yang berasal dari daerah lain di Jawa Tengah. Seperti Rembang, Salatiga dan Temanggung.

"Karena memang baru ada di Semarang, makanya kami datang dari Temanggung untuk menikmatinya," ujar Winata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement