Sabtu 09 Feb 2013 02:04 WIB

Aliran Sesat Subur di Saat Agama Ditinggalkan

Ketua pengurus pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, Ali Masykur Musa
Ketua pengurus pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, Ali Masykur Musa

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, Ali Masykur Musa, mengatakan menjamurnya aliran sesat yang mengatasnamakan Islam di Indonesia, khususnya di Jambi, karena bangsa ini sudah enggan bicara agama.

"Munculnya aliran sesat karena pemerintah menganggap agama urusan masing-masing. Ulama kurang responsif. Disamping itu, kita lagi genit-genitnya bicara politik, demokrasi, dan kehidupan baru. Tidak mau lagi bicara agama," kata Ali, di Jambi, beberapa waktu lalu.

Pernyataan itu disampaikannya menanggapi pernyataan Ketua PW NU Provinsi Jambi, Kadir Husein pada pelantikan dan Mukerwil PW ISNU Provinsi Jambi, yang mengatakan, saat ini muncul aliran sesat yang mengatasnamakan Islam di Kabupaten Kerinci, Jambi. Aliran yang diduga sesat itu adalah Majelis Tafsir Alquran (MTA) di bawah pimpinan Abdulah Tupail dan aliran kepercayaan Sapto Darmo.

Ali Masykur mengatakan, karena sibuk dengan dunia politik, akibatnya muncul mereka yang tengah mencari jati diri terjebak ke dalam sebuah ajaran yang menyesatkan. Generasi muda yang semestinya mendapatkan pemahaman yang terang mengenai Islam justru bergeser kepada ajaran-ajaran yang mengingkari Islam. Bahkan tidak sedikit pula berujung pada tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Ia mencontohkan, banyak kalangan mahasiswa yang belajar agama dan tinggal di masjid-masjid, justru mendapatkan pengajaran yang keliru oleh mereka yang minim ilmu ke-Islamannya. Bahkan ada pula yang sengaja memikat generasi muda dengan kedok agama dan memberi kemudahan-kemudahan namun tujuannya beda.

Pada akhirnya, tidak sedikit generasi muda yang bergabung dan terjebak ke dalam organisasi-organisasi yang sifatnya kekiri-kirian dan bahkan cenderung menistakan agama. Hal demikian luput dari perhatian pemerintah, ormas Islam dan organisasi mahasiswa yang berlandaskan itu.

Ia berharap agar ulama NU proaktif memberikan pemahaman tentang ajaran Islam "ahlulsunah waljamaah" kepada masyarakat dalam kegiatan dakwahnya. Kepada ISNU agar turut berperan memberikan pemahaman yang sama melalui kegiatan keilmuan. Begitu juga badan otonom NU lainnya seperti GP Ansor, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, dan PMII.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement