REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengembangan pariwisata di Bandung Selatan masih terkendala infratruktur dan fasilitas pendukung.
Pariwisata di Bandung Selatan, khususnya di Ciwidey dan Pangalengan dianggap masih minim tempat penginapan. Selain itu, infrastruktur jalan yang terbilang belum memadai. Padahal wisatawan ke Bandung Selatan baik domestik maupun luar negeri terus meningkat.
Sekretaris Eksekutif Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Dewi Anggraeni mengatakan, pariwisata di Bandung Selatan sudah mulai bagus dan menjadi tujuan wisata bagi para wisatawan domestik maupun luar negeri.
Namun, Ia menganggap infrastruktur jalan terbilang masih belum memadai, khususnya akses yang masih sering terhambat di wilayah Kopo. "Saya menganggap masih ada kendala akses. Jalan harus diperbaiki dan dilebarkan, terutama di Jalan Kopo," ujarnya saat mengunjungi D'Ream Resort, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Kamis (7/2).
Dibukanya investasi perhotelan di Kabupaten Bandung, didukung penuh oleh Asita. Menurut Dewi, pendirian hotel di kawasan wisata memang sangat diperlukan sebagai fasilitas pendukung pariwisata.
Hanya saja, pembangunan hotel harus sejalan dengan prinsip lingkungan. "Kami senang kalau banyak penginapan yang representatif, karena tren wisatawan yang datang ke Bandung Selatan pun meningkat. Namun, pendirian hotel jangan sampai mengganggu lingkungan, seperti di Puncak," katanya.
Selain itu, jumlah penginapan representatif di wilayah Bandung Selatan masih minim. Menurutnya, selama ini wisatawan memilih menginap di wilayah Kota Bandung dibandingkan di Ciwidey.
Pasalnya, di Kota Bandung memiliki penginapan yang bagus dan lokasinya tidak terlalu jauh dari objek wisata di Bandung Selatan. "Memang penginapan representatif tergantung segmennya. Tapi selama ini wisatawan lebih memilih di Kota, soalnya lebih banyak dan akses tidak terlalu jauh ke Ciwidey," ujarnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
