Kamis 07 Feb 2013 12:07 WIB

Ini Penyebab Melambungnya Harga Daging Sapi

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
 Pedagang daging melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/2).   (Republika/Wihdan Hidayat)
Pedagang daging melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/2). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Daging dan Sapi Potong Indonesia (Apdasi)  memperkirakan harga sapi melambung jelang Lebaran 2013. Penyebabnya harga daging sapi sudah tinggi di tingkat Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yaitu Rp 71 ribu per kilogram (kg).

"Harga di RPH tidak rasional. Kami perkirakan jelang Lebaran bisa lebih dari Rp 100 ribu per kg," ujar Ketua Umum Apdasi, Dadang Iskandar saat audisensi dengan  Komisi IV DPR RI, Kamis (07/02).

Saat ini daging sapi di pasaran mencapai Rp 85 ribu sampai Rp 90 ribu per kg. Kondisi ini menyebabkan banyak pedagang yang mengalami kolaps. Di Jawa Barat misalnya, sebanyak 40 persen pedagan dan pengecer sapi dilaporkan gulung tikar.

Apdasi menemukan indiskasi banyaknya importir yang membeli sapi lokal betina. Situasi ini menyebabkan importir mempunyai kesempatan untuk menentukan harga jual. "Baik sapi lokal dan sapi impor dibeli importir. Importir jadi penentu harga," tambah Dadang.

Dalam kesempatan tersebut Apdasi menyampaikan tuntutan agar pemerintah mencabut kebijakan pembelian sapi lokal oleh importir. Jika kebijakan ini diteruskan, gejolak harga makin tidak terkendalim. Imbas jangka penjang, pengusaan sapi lokal dan impor hanya akan dikuasai segelintir pengusa besar. "Kalau tidak dicabut, harga daging makin tidak terkendali," ujar Dadang.

Pemerintah juga diminta untuk menyediakan pasokan sapi sesuai kebutuhan dengan harga terjangkau. Apdasi juga mengusulkan untuk melakukan impor sapi trading yang siap potong, bukan sapi bakalan. Alasannya, harga sapi trading lebih murah dibandingkan harga sapi bakalan."Harga jual di konsumen nantinya juga lebih murah," ujar Dadang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement