Rabu 06 Feb 2013 19:22 WIB

Di Gedung DPR, Abraham Samad Mendadak Jadi Pendiam

Rep: Dyah Ratna Meta Novi/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad.
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rapat dengar pendapat (RDP) di ruang Komisi III, Gedung DPR RI, Ketua KPK, Abraham Samad, tak banyak bicara. Ia mendadak menjadi pendiam.

Saat rapat, Abraham yang memakai setelan jas warna abu-abu tampak kurang bergairah. Ia banyak menggosok-gosok jenggotnya seolah sedang memikirkan sesuatu.

Terkadang, Samad mengerutkan keningnya saat sejumlah anggota DPR melontarkan pertanyaan. Suasana di ruang Komisi III tampak temaram. Banyak anggota DPR yang sibuk memperhatikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan anggota dewan lainnya.

Namun, ada juga yang sibuk bermain dengan smartphone-nya. Sejumlah anggota DPR mencecar KPK terkait penanganan kasus korupsi Hambalang yang menyeret sejumlah kader Partai Demokrat, dan korupsi impor daging sapi yang menyeret mantan presiden PKs, Luthfi Hasan Ishaaq.

Anggota Komisi III DPR RI dari Partai Hanura, Syarifudin Suding, contohnya. Ia mempertanyakan perbedaan KPK dalam menangani kasus korupsi yang menimpa kader Demokrat dengan kader PKS.

Syarifudin menyatakan KPK di depan publik selalu mendengungkan equality before the law. Namun, dalam menangani masalah korupsi KPK belum bekerja secara optimal.

“Apakah ini tidak terlepas dari bagaimana kewenangan memengaruhi,” cecarnya dalam RDP di Komisi III DPR RI, Rabu, (6/2).

Syarifudin meminta dalam menangani berbagai kasus korupsi, KPK diharapkan tidak tebang pilih. Saat ini  Andi Mallarangeng menjadi tersangka. “Siapa lagi tersangka selanjutnya,” katanya.

Namun, dalam RDP tersebut, Abraham tidak sempat menjawab pertanyaan sekaligus cecaran para anggota dewan sebab sidang sesi pertama sudah selesai.

Samad langsung berjalan keluar seolah menghindari kerumunan wartawan yang sudah memblokadenya. “Nanti saja ya, saya mau shalat dulu,” katanya.

Namun, para wartawan tetap memaksanya bicara. Meski terkesan terburu-buru, dia pun buka mulut hanya sebentar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement