Senin 04 Feb 2013 22:55 WIB

PKS Maling Teriak Maling

Rep: Indah Wulandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Luthfi Hasan Ishaaq
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Luthfi Hasan Ishaaq

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Reaksi PKS terhadap penangkapan Luthfi Hasan Ishaaq oleh KPK dinilai berlebihan. Bahkan isu adanya konspirasi dibalik penangkapan mantan presidennya tersebut dinilai bisa menghancurkan citra partai tarbiyah tersebut.

“Beberapa statement dari petinggi PKS yang mengatakan tertangkapnya Luthfi Hasan sebagai konspirasi untuk menghancurkan PKS adalah salah besar. Ini sama saja seperti statement maling teriak maling,” nilai Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring Fahmi Hafel, Senin (4/2).

Fahmi menikai ketiadaan relevansi konspirasi tadi, karena jelas-jelas pelakunya tertangkap tangan pelakunya. Ditambah lagi munculnya pengakuan LHI sebagai aktor utamanya.

“LHI bisa menjadi whistle blower untuk membuka praktek mafia impor di Deptan. Sebab sangat tidak mungkin jika menteri bersangkutan tidak mengetahui. Tapi, LHI jangan mau jadi martir dalam kasus ini,” cetus Fahmi.

Di sisi lain, Fahmi mencermati tentang keinginan sejumlah kader PKS yang menginginkan partainya keluar dari  Kabinet Indonesia Bersatu II sekadar ancaman belaka. Pasalnya, kader PKS dan elitnya tidak akan berani, apalagi sudah mendekati pemilu yang membutuhkan dana cukup banyak.

“Kasus ini membuktikan bahwa PKS bukanlah partai yang bersih-bersih amat dari korupsi. Justru kasus suap impor sapi ini bisa dijadikan sebagai langkah awal untuk membongkar dugaan korupsi di pemerintahan maupun yang di legislatif,” jelas Fahmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement