Senin 04 Feb 2013 21:41 WIB

Padi Jamuran, Petani Lampung Terancam Gagal Panen

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Djibril Muhammad
Pembasmian hama jamur di Padi
Foto: Antara
Pembasmian hama jamur di Padi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sejumlah petani di Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur, terancam gagal panen pada tahun ini, karena padinya terserang penyakit jamur (blas). Serangan penyakit padi ini telah meresahkan petani di wilayah sentra pangan terpenting di Lampung.

Keterangan yang diperoleh Senin (4/2) mengungkapkan, penyakit blas yang disebabkan jamur Pyriculae oryzae mulai menyerang padi di sejumlah sentra pangan di Provinsi Lampung. Munculnya blas ditandai dengan serangan pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing hingga menyebabkan bulir padi hampa.

Masriki, penyuluh pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Pekalongan, mengatakan dari pendataannya, penyakit blas ini sudah lebih 10 hektare (ha) tanaman padi. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.

Ia menganjurkan petani untuk menyemprot padi dengan fungisida. Jika tidak dikendalikan, ia khawatir serangan terus meluas karena serangannya banyak terjadi pada saat musim hujan dan angin kencang.

Menurutnya, blas banyak menyerang padi yang benihnya varietas Ciherang. "Mungkin karena benih Ciherang ini sudah lama sehingga daya tahannya terhadap penyakit sudah berkurang," katanya.

Sebagian besar petani di Kabupaten Lampung Timur menanam varietas Ciherang yang selama ini produksinya bagus. "Musim tanam berikutnya perlu ganti benih ke varietas lain," ujarnya.

Pardie, petani di Desa Wonodadi, Kecamatan Pekalongan mengatakan, blas merupakan ancaman serius yang jika tidak tertangani bisa menyebabkan gagal panen. "Masalahnya padi kami hampa, kalau pun bulirnya ada isi hanya separuhnya saja," ujarnya.

Menurut dia, gejalanya penyakit ini diawali dengan bercak daun belah ketupat. Bagi petani yang padinya sudah berbuah juga diserang burung. 

Ia mengakui, memang sebagian besar petani di daerahnya menanam varietas Ciherang. Beberapa kali pihaknya sudah mencoba benih varietas lain. Bahkan benih padi hibrida pun sudah dicoba, namun selain penyakitnya juga banyak, hasilnya pun tidak setinggi Ciherang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement