Senin 04 Feb 2013 21:21 WIB

Ungkap Pembunuhan Bayi, Polisi Gunakan 'Lie Detector'

Rep: Alicia Saqina/ Red: A.Syalaby Ichsan
ilustrasi bayi
Foto: Adhi Wicaksono
ilustrasi bayi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pembantu rumah tangga (PRT) berinisial IA (21 tahun) menjadi tersangka atas  tewasnya Rasya Alfino Azmi, Kamis (31/1) lalu, di Jalan Karet Pasar Baru Barat I, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Bayi berumur lima bulan tersebut, ditemukan di atas tempat tidur dalam keadaan posisi terlilit kain pada badan dan wajahnya. Kepolisian akan menggunakan alat pendeteksi kebohongan atau Lie Detector, pada tes psikologi terhadapnya.

 

Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Toni Harmanto mengatakan, saat ini polisi masih menyelidiki apa motif sebenarnya yang melatarbelakangi IA melakukan hal tersebut.

''Untuk motif, berdasarkan keterangan yang bersangkutan bahwa anak rewel,'' kata Toni, Senin (4/2), di Mapolda Metro Jaya. Sehingga, timbul rasa jengkel pada diri IA.

Akan tetapi, upaya kepolisian mengungkap motif pelaku, tidak hanya sampai di situ. Polisi akan terus menelusuri dan mendalami latarbelakang kuat yang sesungguhnya. ''Sementara, itu (motif IA melakukan pelilitan, karena Rasya kerap rewel). Ini perlu pendalaman,'' ujar Toni.ma

Menurutnya, pendalaman diperlukan karena keterangan tersangka tidak bisa dijadikan acuan.  Apa yang Kepolisian lakukan, tuturnya, merujuk pada kenyataan. Atas peristiwa yang terjadi, IA membuat skenario tewasnya Rasya, melainkan akibat dari tindak perampokan.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto menjelaskan perihal yang sebenarnya. ''Setelah ditemukan kejanggalan-kejanggalan, tidak terjadi perampokan di rumah itu,'' kata Rikwanto. Ia menambahkan, tidak ada pula tindak pemerkosaan seperti apa yang diakui IA di awal, saat statusnya masih sebagai saksi.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan titik terang atas motif apa yang sesungguhnya mendasari, polisi akan melakukan tes psikologi terhadap IA. ''Bahkan bila perlu akan digunakan Lie Detector'' ujar Toni. Sebab Toni menerangkan, motif kejahatan IA tidak lah hanya sebatas rasa jengkelnya.

Ia mengungkapkan, selain itu, untuk menguak motif dominan wanita asal Pandeglang, Banten, ini, tidak bisa dinyatakan secara cepat. ''Kami masih membutuhkan keterangan saksi-saksi di TKP, keterangan kedua orangtua korban, dan fakta-fakta di lapangan,'' imbuh Toni. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement