Kamis 31 Jan 2013 13:55 WIB

Pedagang Pasar Babelan Keluhkan Timbunan Sampah

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Citra Listya Rini
Salah satu sudut pasar tradisional (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Salah satu sudut pasar tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BABELAN -- Pedagang Pasar Babelan banyak yang mengeluh soal penanganan sampah di Pasar Babelan, Bekasi, Jawa Barat. Pengelola pasar pun mengaku mengalami kendala terkait armada pengangkut sampah.

Salah satu pedagang, Yeti, mengaku, timbunan sampah yang menggunung di bagian belakang Pasar Babelan hampir tidak pernah habis. Bau sampah yang menggunung itupun mengganggu kenyamanan para pedagang. Selain itu, banyak juga sampah yang berserakan di pinggir jalan. Memang, hampir setiap hari dilakukan pengangkutan sampah.

"Tapi kayaknya gak habis-habis. Padahal, kami selalu bayar retribusi sampah setiap hari," kata Yeti kepada Republika di Babelan, Kamis (31/1).

Setiap hari, paling tidak, Yeti harus membayar retribusi sebanyak empat ribu rupiah, termasuk untuk retribusi sampah. Yeti termasuk ke dalam 350 pedagang yang berjualan di Pasar Babelan. Hampir semua pedagang juga selalu membayar biaya retribusi tersebut.

Berdasarkan pantauan Republika, tumpukan sampah memang terlihat menggunung di bagian belakang. Selain itu juga ada beberapa timbunan sampah yang berserakan di pinggir pasar. Kondisi ini semakin semrawut, karena tempat pembuangan sampah sementara hanya berada 10 meter dari kios milik pedagang.

Salah satu staff UPTD Pasar Babelan, Yani menyampaikan hampir setiap hari pihaknya melakukan pengangkutan sampah. Namun, memang sampah yang dihasilkan oleh Pasar Babelan begitu banyak.

Sedangkan armada yang ada hanya sedikit. Pasar Babelan hanya memiliki satu truk sampah dan sembilan personel pengangkut sampah. Ditambah lagi, sampah-sampah tersebut harus dibawa ke tempat pembuangan sampah di Burangkeng, Bekasi Timur.

Jarak yang jauh dan armada yang sedikit membuat pengangkutan sampah di Pasar Babelan juga sedikit memakan waktu lama. "Dalam sehari, paling truk sampah hanya bisa dua kali bolak-balik. Sedangkan sampah hampir ada terus. Jadi memang sedikit terhambat," ujar Yani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement