REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mundurnya Ketua Dewan Pakar Partai NasDem, Hary Tanoesoedibjo dan Sekjen Ahmad Rofiq, ternyata diikuti kader lainnya. Pengunduran diri para kader tersebut dinilai sebagai bentuk pemberontakan terhadap Surya Paloh yang saat ini menjabat sebagai ketua umum.
"Pengunduran diri beberapa tokoh muda itu merupakan gejala pemberontakan dari orang-orang yang memiliki komitmen kuat terhadap perubahan yang sejak awal diusung Partai Nasdem," kata pengamat politik Firman, di Jakarta, Rabu (30/1).
Hal itu diungkapkan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu terkait kian banyaknya para kader Partai NasDem yang mengundurkan diri.
Sebelumnya, sejumlah kader dan pengurus Partai Nasdem baik di tingkat pusat dan daerah mengundurkan diri pascapengunduran diri Chief Executive Officer MNC Media Group Hary Tanoesoedibjo.
Pengunduran diri Hary Tanoesoedibjo itu karena adanya perbedaan pendapat antara dua bos media itu setelah Surya Paloh menjadi ketua umum Partai Nasdem.
Namun, meskipun banyak kader dan pengurus yang meninggalkan partai itu, Partai Nasdem juga berhasil mendapatkan kader-kader lain yang berasal dari birokrat atau politisi dari partai lain.
Sebanyak 5 ribu orang pengurus dan kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) di Provinsi Jawa Barat (Jabar) menyatakan mundur dari partai besutan Surya Paloh itu.
"Sekitar 5.000-an lebih menyatakan mundur dari partai ini," kata Ketua Dewan Pembina DPW Partai Nasdem Jawa Barat, Romli Atmasasmita, di Hotel Grand Royal Panghegar Kota Bandung, Rabu (30/1).
Romli yang juga menjabat sebagai anggota Dewan Pakar Partai Nasdem menuturkan, para kader yang menyatakan mundur berasal dari DPD Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan DPD Kabupaten Bogor.
"Selain itu, ada juga dari beberapa pengurus di tingkat DPW dan organisasi sayap Nasdem juga ikut mengundurkan diri," kata dia.
Partai Nasdem adalah satu-satunya partai nonparlemen yang dinyatakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) lolos sebagai peserta Pemilu 2014.