Senin 28 Jan 2013 12:22 WIB

SBY: Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial Masih Jadi PR Pemerintah

Rep: Esthi Maharani/ Red: Nidia Zuraya
Presiden SBY
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Presiden SBY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Upaya untuk menurunkan kemiskinan dan mencegah semakin melebarnya kesenjangan sosial diakui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi salah satu pekerjaan rumah pemerintah. Ia mengajak semua pihak baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk peduli dan menangani kantong-kantong kemiskinan yang masih tersisa.

“Saya ajak semua pihak untuk mengambil tanggung jawab penuh, bekerja sekuat tenaga agar tugas ini bisa dicapai,” katanya saat memberikan sambutan di Rapat Kerja Pemerintah, Senin (28/1).

Dalam menanggulangi kemiskinan, diakui Presiden, tantangan akan semakin besar. Di berbagai negara di dunia, kata dia, untuk menghilangkan angka kemiskinan sama sekali tidak mudah. Terlebih lagi, jika sudah mendekati tahap-tahap akhir proses tersebut.

“Dalam upaya penanggulanan kemiskinan, makin berhasil kita turunkan angka kemiskinan itu maka saat terakhir itu makin sulit untuk menurunkannya lagi. Jadi, kalau ada dari sekian puluh persen kemiskinan jadi belasan persen itu cepat, tapi untuk menjadi //single digit// itu tidak mudah. Maka diperlukan langkah ekstra,” papar Presiden.

Presiden SBY menambahkan, bukan hanya persoalan penanggulangan kemiskinan yang menjadi beban untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di masa depan, tetapi upaya untuk memperkecil kesenjangan sosial yang terjadi karena pertumbuhan ekonomi. Ia menuturkan, di negara-negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi seperti Brazil, China, dan Indonesia, kesenjangan ekonomi yang semakin melebar tidak dapat dielakkan.

Untuk menangani kemiskinan dan kesenjangan sosial, menurut Presiden SBY, semua pihak pun harus mulai peduli terhadap pengelolaan inflasi dan stabilitas harga. “Inflasi ini penyumbang terbesar meningkatnya kemiskinan. Meski di satu sisi kita perlu kelola inflasi ini. Mari kita cegah hal yang memicu inflasi tinggi karena kita tahu dampak langsung dan tidaknya,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement