Ahad 27 Jan 2013 17:18 WIB

Harga Kedelai Naik Akibat Cuaca Buruk

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Fernan Rahadi
Harga kedelai yang mahal membuat pedagang tahu kerepotan. Tahu, ilustrasi.
Harga kedelai yang mahal membuat pedagang tahu kerepotan. Tahu, ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Harga komoditi Kacang Kedelai mengalami fluktuasi, akibat cuaca buruk. Bahkan, dua hari terakhir harganya mengalami kenaikan mencapai Rp 200 per kilogram. Akibat kenaikan ini, permintaan akan komoditi tersebut mengalami penurunan.

Nana Sumarna (27 tahun), petugas pengiriman Kacang Kedelai PD Pratama Mandiri Purwakarta, mengatakan, suplai Kacang Kedelai yang masuk ke Purwakarta, melalui perusahaan ini selaku distributor. Saat ini, harga Kacang Kedelai di distributor mencapai Rp 7.500 per kilogram. Padahal, sebelumnya hanya Rp 7.300 per kilogram. Kenaikan ini, dampak dari buruknya cuaca.

"Kedelai yang masuk ke Purwakarta ini, impor dari Amerika Serikat," kata Nana, kepada Republika, Ahad (27/1).

Kabarnya, gara-gara cuaca buruk, maka harga Kedelai ini mengalami kenaikan. Soalnya, jalur distribusinya terganggu. Bahkan, harga ini diprediksi akan terus naik. Sampai cuaca kembali normal.

Nana menyebutkan, biasanya stok Kedelai untuk Purwakarta ini sebanyak 25 ton. Namun, karena harganya sedang mahal, maksimal Kedelai yang didatangkan hanya 10 ton. Itupun, penjualan di tingkat perajin tahu dan tempe seret. Untuk hari ini saja, permintaan dari perajin hanya seton. Padahal, bila hari normal permintaannya mencapai empat ton.

Kedelai ini, untuk mencukupi kebutuhan perajin tahu dan tempe di wilayah Purwakarta kota, Plered dan Darangdan. Diakui Nana, ketika harga Kedelai hanya Rp 7.300 per kilogram, banyak perajin tahu dan tempe membeli. Akan tetapi, saat harganya naik jadi Rp 7.500 per kilogram, perajin tersebut memprotesnya.

Mereka menolak dengan kenaikan harga tersebut. Biasanya para perajin ini membeli Kedelai minimal sekwintal, dengan kenaikan harga itu hanya membeli 50 persennya. Bahkan, ada yang membeli hanya 20 Kg. Karena kondisi tersebut, akhirnya harga kembali diturunkan. Namun, distributor menyiasati kenaikannya secara perlahan-lahan.

Yaitu, setiap hari naiknya hanya Rp 50 per Kg. Dengan kenaikan yang sedikit ini, perajin tahu dan tempe tak terlalu protes. Hingga akhirnya, puncak harga kedelai ini mencapai Rp 7.500 per kilogram.

"Jadi, kalau naiknya drastis, kami akan diprotes pembeli. Maka dari itu, naiknya disiasati sedikit-sedikit," jelas Nana. 

Terkait sama stok Kedelai, Nana menyebutkan, hingga kini masih ada. Stok yang ada di gudang mencapai delapan ton. Namun, stok itu hanya mencukupi untuk kebutuhan sepekan kedepan.

Sementara itu, Adis Muchtar (53 tahun), Perajin Tahu asal Kampung Lapang Purnawarman, Kelurahan Sindangkasih, Purwakarta, mengatakan, naiknya harga Kedelai ini akan berimbas pada produksi Tahu. Soalnya, semakin mahal Kedelai maka semakin tinggi biaya produksinya. Dengan begitu, ukuran Tahu tersebut harus disiasati. Supaya, perajin tak merugi.

"Biasanya, kalau harga mahal, ukurannya kami kurangi," ujar Adis.

Akan tetapi, bila kenaikannya makin tak terkendali seperti kasus di 2012 kemarin, banyak perajin yang gulung tikar. Terutama, perajin Tahu. Soalnya, membuat Tahu itu bahan bakunya 100 persen yaitu kedelai. Tak bisa dicampur dengan bahan baku lain. Kalau Tempe masih bisa dicampur. Karena itu, dirinya meminta supaya sejak dini ada solusi untuk mengatasi kondisi ini. Supaya, para perajin ini tak gulung tikar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement