REPUBLIKA.CO.ID, PUNCAK -- Resapan Air sudah berkurang di Kawasan Puncak akibat betonisasi pembangunan vila dan perumahan warga
''Resapan air menjadi masalah di sini,'' ujar aktivis Lingkungan dan Pemandu Konservasi Alam , Mogi kepada Republika, Jumat (25/1).
Setiap tahun pembangunan vila di Kawasan Puncak semakin bertambah, karena melihat daerah ini sangat komersial, apalagi kesadaran masyarakat semakin berkurang dalam penjagaan lingkungan.
Ada beberapa titik hulu sungai aliran kecil yang nantinya menyatu menjadi Sungai Ciliwung, di antaranya, Hutan Konservasi Telaga Warna, Desa Tugu Utara, Situ Patung Pramuka, dan Perkebunan The Ciliwung. Di bantaran awal Sungai Ciliwung itu daerah yang banyak dibangun vila dan perumahan warga.
''Tahun 2011, di desa saya pernah air dari Ciliwung tiba-tiba datang besar dan rumah roboh, heran saya padahal ini Kawasan tinggi,'' ujar Mogi yang juga warga Kampung Neglasari, RT01/04, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor.
Mereka melihat dari sisi keuntungan, sepanjang jalur ciliwung di Tugu Utara itu kawasan vila semua, dan diperparah dengan tidak adanya bak sampah untuk pembuangan limbah rumah tangga.
''Jadi mereka buangnya di Sungai Ciliwung,'' ujarnya
Mogi menjelaskan, banyak yang tahu mengenai pembangunan vila, seperti warga setempat, akan tetapi mereka tidak memikirkan efek yang terjadi. Lingkungan dibabat habis dengan betonisasi. Dan rata-rata yang membangun vila adalah warga Jakarta.
''Lah, Warga setempat pasti dapat komisi,'' ujarnya
Semangat orang Jakarta untuk membeli tanah dan membangun vila karena mudahnya akses, ditambah tidak adanya kesulitan untuk membuat IMB (Ijin Membuat Bangunan). Calo tanah Kawasan Puncak yang melakukannya.
''Saya bingung, tidak ada perhatian dari pemerintah,'' katanya