Kamis 24 Jan 2013 20:05 WIB

Lembaga Zakat Dinilai Lebih Tanggap Banjir

Rep: indah wulandari/ Red: Heri Ruslan
 Warga korban bencana banjir luapan Sungai Ciliwung mengungsi di bawah jembatan layang Kampung Melayu, Jakarta, Ahad (20/1) malam. (Republika/Yasin Habibi)
Warga korban bencana banjir luapan Sungai Ciliwung mengungsi di bawah jembatan layang Kampung Melayu, Jakarta, Ahad (20/1) malam. (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Lembaga zakat berkontribusi besar dalam penanganan banjir Jakarta.

“Saat ini, Dompet Dhuafa merespons bencana banjir dengan dua jenis kegiatan yang terbagi ke dalam tahapan emergency dan recovery,” ungkap General Manager Program Relief DD Bambang Suherman, Kamis (24/1).

Selama lebih dari sepekan banjir, ujar Bambang, pihaknya menurunkan 135 orang personil yang tersebar di lima wilayah kota Jakarta. Selain membuka pusat-pusat penampungan pengungsi, DD menggelontorkan 10 jenis program bagi sekitar 50 ribu penerima manfaat donasi banjir Jakarta.

Posko serta tempat pengungsian yang dibuka DD antara lain di Cawang, Kalibata, Tebet, Pejaten, Ulujami, Rawa Buaya, Petamburan, dan  Karet Tengsin. Ada pula di RRI, Plumpang, Cilincing, Pluit, dan Penjaringan.

Di kawasan Tangerang ada di Total Persada, Pedurenan, serta Karang Tengah. Sedangkan di Bekasi terpusat di Jati Asih, Margahayu, Muara Gembong, dan Babelan.

Tahapan emergency ditujukan untuk lokasi-lokasi yang masih terendam oleh banjir dan aktivitas masyarakat belum dapat berjalan dengan normal. Kegiatannya antara lain adalah evakuasi, distribusi logistik, ataupun pengadaan dapur umum.

Sedangkan, tahapan recovery ditujukan untuk lokasi-lokasi yang relatif telah surut dari banjir. Kegiatannya antara lain, bersih-bersih lingkungan dan fasilitas umum yang kotor akibat banjir, menyediakan stok air bersih dan obat-obatan, mengadakan layanan kesehatan, serta melakukan assessment terkait kerusakan infrastruktur dan kondisi masyarakat pascabanjir.

“Per 23 Januari, donasi yang telah disalurkan pada korban banjir sekitar Rp 970 juta,“ terang Bambang.

Penanggung jawab tim banjir DD ini tak memungkiri, upaya timnya tidak semulus kelihatannya. Secara umum kendalanya terletak pada besarnya kebutuhan masyarakat dibanding kemampuan respon. Misalnya, tim butuh perahu bermesin untuk menjangkau masyarakat di daerah terisolir seperti di Bekasi.

Tim DD juga memerlukan kontribusi peralatan besar untuk mengangkut sampah. Kemudian yang tak kalah penting, belum adanya peralatan untuk melakukan disinfektan masif agar bibit penyakit pascabanjir mati.

“Agar bisa bergerak lebih cepat, tim kita perlu sokongan pemerintah daerah dan bantuan militer untuk menyediakan peralatan berat tadi,”cetus Bambang.

Yayasan Majelis Al Washiyyah (YMA) milik KH Mohamad Hidayat juga turut membantu warga yang terkena musibah. Bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), YMA membuka Posko Kesehatan Peduli Banjir Jakarta. Bantuan berupa pengobatan gratis kepada 150 warga di wilayah Tanah Rendah, Kebon Pala, Kampung Melayu yang meliputi delapan  RT dan tiga RW.

“Pengobatan langsung menemui warga ini sangat efektif karena dapat menjalin komunikasi dengan baik. Sehingga tercipta rasa kekeluargaan,” ujar Kiai Hidayat. Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) Pusat ini bersyukur lembaga-lembaga zakat lebih tanggap untuk menangani problem sosial pascabanjir.

Lokasi pengobatan gratis ini meliputi lima titik, yakni Gang Arus (Kali Ciliwung), Gang Asam (Kebon Pala), Gudang Peluru (Kampung Melayu, Masjid Jami Al-Atiq), Tanah Rendah (Kebon Pala), serta Gang Banten (Jatinegara).

Salah seorang warga yang kebanjiran  di Tanah Rendah, Sofyan Syauri mengaku sangat berterima kasih kepada Yayasan Majelis Al Washiyyah maupun lembaga-lembaga zakat yang turun langsung ke lokasi dengan mengadakan pengobatan gratis.

“Mudah-mudahan bisa meringankan beban penyakit yang dialami warga korban banjir,” katanya. Dia juga berharap ada bantuan berupa pakaian untuk anak sekolah serta perlengkapannya. Lantaran seluruh perlengkapan itu lenyap terbawa arus.

Tanggapnya lembaga zakat terhadap penanganan pengungsi dan warga juga diakui warga Gang Arus, Cawang, Elva. Setelah sempat terisolir selama dua hari, Baznas yang pertama mendirikan posko dan dapur umum di tempatnya.  Selain menyediakan susu bagi anak-anak, lembaga ini juga menyediakan nasi kotak bagi warga setiap hari.

“Meskipun belum bisa menjangkau 1050 KK disini karena masih ada tiga RT terisolir, setidaknya posko mereka meringankan beban kami,”jelas Elva.

Dari data Baznas, ada 16 posko yang didirikan di Jakarta, Tangerang hingga Karawang.  Total donasi yang disalurkan bagi korban banjir lebih dari Rp 200 juta. Program Baznas lebih terfokus pada pembangunan dapur umum serta pemenuhan nutrisi anak-anak dan warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement