Kamis 24 Jan 2013 17:28 WIB

Berhenti Kerja, Semakin Kaya. Kok, Bisa? Ini kiatnya.

  Launching buku “Berhenti Kerja Semakin Kaya” karya Aqua Dwipayana di Jakarta, Rabu (23/1) malam.
Launching buku “Berhenti Kerja Semakin Kaya” karya Aqua Dwipayana di Jakarta, Rabu (23/1) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bagi banyak orang, ini tampaknya membingungkan. 'Berhenti Kerja, Semakin Kaya.' Kok bisa? Ya, itulah yang dialami Aqua Dwipayana. Lelaki kelahiram Pematang Siantar, Sumatera Utara 23 Januari 1970, merasakan hidupnya semakin mapan, setelah berhenti kerja dari perusahaan besar September 2005 yang memberikan gaji belasan juta Rupiah.

Ketika tidak lagi menjadi karyawan, dalam segala aspek kehidupan terasa lebih baik. ''Jiwa makin tenang, begitu juga raga tambah sehat. Hidup terasa sangat indah dan tanpa beban. Ini terjadi karena atasan satu-satunya hanya Tuhan,'' ungkap Aqua ketika meluncurkan bukunya 'Berhenti Kerja Semakin Kaya' di Jakarta Rabu (23/1) malam.

Aqua betul-betul menjadi dirinya sendiri. Bebas merdeka ke mana pun pergi. Tidak ada yang menegur dan tanpa batas waktu. ''Kondisinya berbeda ketika masih jadi karyawan. Untuk libur dibatasi. Selain hari libur resmi, setahun hanya ada tambahan cuti sebanyak 12 hari kerja,'' ujarnya.

Dari sisi penghasilan materi, ungkap suami dari Retno Setiasih, berbeda ketika masih bekerja yang komponennya gaji, THR plus bonus. Sehingga setiap awal tahun sudah bisa diprediksi penghasilan per tahunnya. Setelah tak lagi bekerja, penghasilan mau dapat besar atau kecil, tergantung pada giat dan tidaknya dalam berbisnis.

''Alhamdulillah, omzet perusahaan kami pada tahun 2006 menembus angka Rp 1 Miliar dan itu kami peroleh tanpa modal uang sama sekali. Modalnya adalah kompetensi diri, kepercayaan dan yang terpenting izin dari Tuhan Yang Mahakuasa,'' jelasnya penuh syukur.

Menurut pria yang telah bekerja selama 16 tahun di berbagai perusahaan ini, dalam berbisnis saat ini, ia memakai kekuatan silaturahim atau networking. Prinsip yang ia terapkan dalam bisnis: diberi amanah, optimalkan agar klien puas; berkualitas; harga yang kami tawarkan kompetitip dan siap membantu klien selama 24 jam.

''Intinya, bagaimana memberikan yang terbaik kepala klien agar mereka puas. Mereka akan getok tular, memasarkan diri kita dan perusaan tanpa diminta kepada orang lain,'' ungkap Aqua sumringah.

Kiat lain yang diterapkan, harus fokus. Aqua pernah mendapat tawaran kerja di awal perusahaannya berdiri senilai Rp 500 dari Bank Indonesia. Tapi, karena kerjaan yang ditawarkan BI bukan //core business//-nya, tawaran itu pun dia tolak.

Aqua pun dianggap bodoh oleh temannya yang mendengar tawaran BI tersebut ditolak. Temannya malah menyarankan agar kerjaan tersebut bisa disubkontrakkan. Aqua pun dengan tegas mengatakan, ''Harga diri saya lebih mahal dari itu. Kalau saya subkontrakkan kepada orang lain, lalu orang lain itu bermasalah, hancurlah nama baik saya,'' ujarnya.

Sejak berhenti bekerja dan kemudian mendirikan usaha bisnis sendiri dengan aktif memberikan ceramah komunikasi dan motivasi di berbagai tempat di dalam mau pun di luar negeri, dalam seminggu, enam sampai tujuh kali ia harus ke luar kota.

''Sebagai profesional, tarif setiap kali memberi ceramah motivasi sebesar Rp 25 juta net per jam dan minimal dua jam. jadi setiap kali memberikan ceramah, mendapatkan Rp 50 juta. Uang muka dibayar 50 persen. Pesawat Garuda kelas bisnis PP dan hotel bintang empat.''

Selain menjadi profesional, Aqua pun mendedikasikan sebagian waktunya untuk berbagai kegiatan sosial dan nonprofit. Untuk itu, ia tidak mau dibayar. ''Tahun ini, saya berharap kegiatan sosial ini bisa bertambah lebih besar lagi dari pada tahun-tahun sebelumnya. Ini target saya,'' ujar Aqua optimistis.

n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement