REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang merupakan tradisi rutin Keraton Yogyakarta ditandai Gerebeg Maulud yakni keluarnya tujuh gunungan dari Kraton menuju Masjid Gede, Kamis (24/1).
Ketujuh gunungan yang menggambarkan sedekah raja kepada rakyatnya dan menyimbolkan kesejahteraan terdiri dari: tiga gunungan kakung, satu gunungan putri, satu gunungan gepak, satu gunungan pawuhan, dan satu gunungan darat,'' kata Kepala Bagian Humas, Biro Umum, Humas dan Protokol, Setda DIY, Sarjuni di Kepatihan Yogyakarta.
Keluarnya ketujuh gunungan tersebut akan dikawal 12 bregodo yakni 10 bregodo prajurit Lombok Abang dari Karaton Yogyakarta dan dua bregodo prajurit Plangkir dari Kadipaten Pakualaman.
Upacara Gerebeg dimulai dengan parade kesatuan prajurit Kraton yang mengenakan pakaian kebesarannya masing-masing, di Alun Alun Lor.
Puncak dari upacara ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung. Setelah di Masjid diselenggarakan do’a dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan jalan diperebutkan.
Khusus untuk Gunungan Kakung masing-masing akan diperebutkan masyarakat sekitar Masjid Gedhe, masyarakat dan abdi dalem sekitar Kadipaten Pakualaman, serta masyarakat dan abdi dalem kaprajan di Kepatihan (red. Kantor Gubernur DIY ). Prosesi perjalanan Gunungan Kakung yang akan diperebutkan masyarakat dan abdi dalem kaprajan dari Masjid Gede ke Kepatihan akan dikawal dan dipandu oleh bregodo prajurit Bugis.
Sarjuni mengungkapkan penyambutan gunungan di Kepatihan berbeda dengan tahun sebelumnya. Kali ini kedatangan gunungan akan disambut pentas tari tradisional Angguk dari Kabupaten Kulonprogo, di pintu gerbang utama Kompleks Kepatihan dan pentas kesenian bernuansa Islami di Bangsal Kepatihan.
Meskipun bertepatan dengan hari libur nasional, untuk memeriahkan peristiwa budaya tersebut pada Kamis (24/1) semua karyawan karyawati Pemda DIY yang instansinya di Kepatihan tidak libur dan diharapkan hadir pada acara tersebut. Bahkan bagi pejabat eselon II dan III dimohon hadir dan memakai pakaian adat Jawa.