REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Mengantisipasi terjadinya puncak pasang air laut yang diprediksi berlangsung 24-26 Januari mendatang, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo meminta kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan rekayasa hujan.
Melalui rekayasa hujan, Jokowi berharap, hujan yang turun tidak secara bersamaan sehingga meminimalisir terjadinya rob. Dengan begitu, air yang masuk ke Jakarta nantinya dapat tetap diantisipasi.
"Kita sudah berkirim surat ke BPPT agar hujan didorong tidak pada tanggal itu. Karena dikhawatirkan hujan yang turun bersamaan dengan terjadinya pasang air laut. Ini yang ingin kita hindari," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta.
Selain itu, kata Jokowi, pihaknya juga segera melakukan rapat koordinasi untuk mencari alternatif atau mencari antisipasi lainnya. Terlebih, pihaknya tak hanya menyiapkan satu skenario saja, melainkan beberapa skenario. "Akan kita koordinasikan agar satu dua hari ini betul-betul siap. Harus ada plan A dan plan B," kata Jokowi.
Sebanyak enam pompa mobile milik Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta juga telah disiapkan ditambah enam pompa mobile milik Kementerian PU. Dirinya juga menuturkan, untuk memperkuat bendungan agar tidak jebol diperlukan waktu yang tidak singkat, sehingga pihaknya lebih memilih agar BPPT melakukan rekayasa hujan. "Memperkuat tanggul dalam satu dua hari ini tidak memungkinkan. Jadi kita pilih rekayasa cuaca dan mempersiapkan diri menghadapi bencana," katanya.
Seperti diketahui, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, pada 24-26 Januari mendatang akan menjadi puncak pasang air laut yakni mencapai 1 meter di pesisir utara Jakarta. Padahal, saat ini kawasan Pluit masih terendam banjir, karena diterjang rob dan limpasan air dari Waduk Pluit.