REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat Indonesia harus bersahaja dan mengutamakan hak-hak orang lain.
“Di tengah situasi perekonomian yang sulit dan bencana saat ini, hendaknya kita bersama-sama menghindari negative thinking dari masyarakat dengan melaksanakan acara apapun, termasuk Maulid Nabi tanpa merugikan kepentingan umum,” tegas Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) KH Maman Abdurrahman, Selasa (22/1).
Kiai Maman menyadari, pelaksanaan Maulid Nabi merebak di sebagian besar masyarakat. Sayangnya, belum ada kesadaran untuk saling meghargai hak-hak orang lain. Seperti menggunakan jalan umum yang bisa menimbulkan kemacetan.
“Pelaksanaannya di Indonesia banyak ‘berlebihan’. Kalaupun Maulid Nabi sudah menjadi kebiasaan, lebih baik tidak sampai menimbulkan kemudharatan seperti membuang uang subsidi BBM dan membahayakan pengguna jalan,”cetus Kiai Maman.
Alangkah baiknya, jika peringatan setiap 12 Rabiul Awwal itu hanya diambil sisi-sisi sosialnya. Seperti hikmah saat peringatan Maulid jelang Perang Salib. Usai dilarang Sultan Saladdin, Maulid kembali digelar untuk membangkitkan semangat juang mempertahankan agama Islam.
“Nilai moral untuk berjuang di jalan Allah dan Islam yang bisa ditarik. Bukan hanya perayaannya,” ujar Kiai Maman.