REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga pekan terakhir, bencana banjir dan tanah longsor melanda berbagai daerah di Indonesia dan telah memakan korban 60 jiwa meninggal. Khususnya di Jawa.
Kerentanan Pulau Jawa terlihat dari kontribusi bencana ekologis sebesar 46,8 persen dari seluruh masalah lingkungan di pulau terpadat nasional itu.
Berbagai provinsi di Jawa pun sudah menempati rangking tertinggi untuk kontribusinya terhadap bencana ekologis. Misalnya DKI Jakarta (51,9 persen), Banten (62.5 persen), Jawa Barat (48 persen).
"5 wilayah di Jawa yang menunjukkan bah Pulau Jawa sudah berada diambang kehancuran (collapse),"ujar Abetnego Tarigan, Direktur Eksekutifan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), melalui surat elektronik, Selasa (22/1).
Menurutnya, bencana ekologis di Jawa merupakan akumulasi krisis dari panjangnya sejarah pembangunan destruktif. Pembangunan ini menjadi pilihan model oleh pemerintah.
Dalam perencanaan pembangunan Pulau Jawa, sangat menitik beratkan pada pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, tuturnya, Analis Dampak Lingkungan dan KLHS tidak diperhatikan dengan serius.
Perencanaan tataruang di berbagai daerah juga memperlihatkan bahwa kepekaan pembuat perencanaan terhadap dampak lingkungan sangat minim.
misalnya RTRW di sebuah daerah di Jawa Tengah yang menempatkan kawasan pegunungan kars sebagai kawasan industri merubah kawasan pesisir di selatan jawa sebagai kawasan tambang dan masih banyak perubahan tataruang yang sangat tidak memperlihatkan keselamatan warga dan keberlanjutan ekologis.