REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana pemindahan ibu kota dinilai pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, tidak tepat kalau dikaitkan dengan banjir. Ia mengatakan, gagasan itu tidak relevan lagi didengungkan di saat Jakarta diterjang banjir.
Pasalnya, setiap Jakarta tergenang banjir maka muncul pihak-pihak yang menebarkan wacana pemindahan ibu kota. Adapun ketika memasuki kemarau, tidak ada yang peduli dengan wacana itu.
"Usulan pemindahan ibu kota tidak lagi relevan karena selalu muncul ketika terjadi banjir besar di Jakarta," kata Nirwono, Ahad (20/1).
Ide menjadikan Jonggol atau Palangkaraya sebagai ibu kota dikatakan Nirwono sah-sah saja ditetapkan. Hanya saja pemerintah lebih baik fokus ke masalah utama, yaitu penyelesaian banjir di Ibu Kota. Sebab, kebiasaan buruk pemerintah adalah tidak pernah sadar ancaman banjir ketika datang kemarau, sehingga selalu telat melakukan antisipasi.
Ia tidak memungkiri, beban Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan terlampau berat. Namun, kata dia, pemerintah selalu melupakan esensi permasalahan pelik hingga membuat Jakarta selalu terancam banjir ketika musim penghujan tiba.
"Lebih baik Gubernur Jokowi atau Presiden SBY membuat investigasi untuk mengusut mata rantai penyebab banjir," sarannya. "Hal itu yang selama ini tidak pernah dilakukan hingga banjir selalu datang."
Ia melanjutkan, kalau mau kritis, sebenarnya persoalan banjir bisa diatasi. Hanya saja, Nirwono meragukan kemauan pemerintah untuk mencari solusi itu. Terbukti keinginan memindahkan ibu kota merupakan kebijakan parsial yang mencoba lari dari masalah.
"Pertanyaannya, apakah dengan pindah ibu kota, banjir di Jakarta akan teratasi? Yang ada Jakarta terbengkalai dan ibu kota baru belum tentu bebas banjir pula," ujarnya.