REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak 24 rumah rusak dan 13 jiwa mengungsi akibat bencana pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cipacing, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Dari 24 rumah rusak di Desa Cibitung, Kecamatan Sagaranten tersebut dengan rincian, tiga rumah rusak berak atau ambruk, dua rumah rusak berat dan 19 rusak ringan," kata Camat Sagaranten, Tamtam Alamsyah, Ahad (20/1).
Menurut Tamtam, dari hasil kajian sementara yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi, amblasnya rumah yang disebabkan belahnya tanah di daerah tersebut, belum diketahui secara pasti apakah dari bencana pergerakan tanah atau akibat perluasan sawah.
Lebih lanjut, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kabupaten Sukabumi untuk melakukan penelitian apa penyebab utama amblasnya puluhan rumah warga tersebut yang nanti hasil kajiannya akan dijadikan bahan referensi ke depannya.
"Untuk bantuan sudah kami salurkan kepada para korban, untuk keluarga yang rumah rusak berat kami memberikan bantuan dana sebesar Rp500 ribu, rusak sedang Rp250 ribu dan yang rusak ringan diberi bantuan berupa sembilan bahan pokok (sembako). Bantuan tersebut berasal dari Korps Pegawai Negeri (Kopri) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat," tambahnya.
Sementara, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo mengatakan, pihaknya sudah memasang tenda darurat untuk warga yang mengungsi. Selain itu, menyalurkan sembako untuk para korban.
Dikatakannya, pihaknya belum bisa menyimpulkan apa penyebab tanah di kampung tersebut menjadi ambles, apakah disebabkan oleh hujan deras yang turun setiap hari atau adanya kegiatan pelebaran sawah dengan menggunakan alat berat.
"Untuk mengantisipasi terjadinya bencana susulan kami pun sudah menugaskan relawan dan tim untuk bersiaga di lokasi untuk memantau perkembangan setiap waktunya khususnya saat turun hujan yang berpotensi terjadinya retakan tanah yang bisa membahayakan warga," kata Usman.