REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus Afian Influenza (AI) pada itik tampaknya mudah menyerang itik dan tidak pilih-pilih lokasi. Awalnya kasus AI pada itik ini hanya ditemukan di empat kabupaten/ kota di DIY, kini sudah ditemukan di lima kabupaten/ kota se-DIY.
Semula di Kabupaten Gunungkidul belum diketahui ada kasus AI pada itik, karena dikira lokasinya jauh dari wilayah lain yang sudah ada kasus AI pada itik. Kenyataan pada ini di wilayah Gunungkidul ditemukan sebanyak 1424 ekor itik yang mati karena AI.
Perinciannya, sebanyak 1300 ekor itik dari seluruh populasi yang terancam di Ponjong Gunungkidul dan 124 ekor itik dari 175 ekor populasi yang terancam di Karangmojo.
"Sebetulnya kematian itik di Gunungkidul itu sudah dimulai sejak awal Januari, tetapi peternak diam saja. Kami mendapat laporan dari warga Gunungkidul dan langsung kami telusuri. Kebetulan masih ada sisa-sisa itik yang masih hidup/ sakit. Setelah dilakukan uji cepat ternyata hasilnya positif AI," ungkap Koordinator Local Disease Control Center (LDCC)Yogyakarta Tri Wahana AW pada Republika.
Setelah ditelusuri, kata dia, ternyata ada peternak itik yang awalnya membeli itik dari Bantul yang kemungkinan sudah tertular AI. Sehingga mengakibatkan itik-itik yang lain terserang AI.
"Itik yang mati di Ponjong tersebut merupakan milik kelompok masyarakat yang dibuatkan kandang khusus itik yang tempatnya saling berdekatan," jelas Tri.
Sementara itu Kepala Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam DIY Retno Setijowati mengharapkan warga DIY yang memiliki itik harus tetap rutin melakukan disinfeksi di kandang itik dan lingkungan sekitar itik yang dipelihara.
"Sampai saat ini memang ketersediaan disinfektan masih menipis. Teman-teman dari kepala Dinas Petertanian sedang mengikuti pertemuan di Kementerian Pertanian Jakarta yang nantinya pulang dari Jakarta akan sekalian membawa disinfektan," tutur mantan Sekretaris Kepala Dinas Pertanian DIY pada Republika.