REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pada Jumat (18/1) ini penjual daging di Pasar Beringharjo masih mogok. Meskipun demikian, di Pasar Beringharjo tetap ada daging sapi dengan harga Rp 85 ribu per kilogram untuk daging dengan kualitas nomor satu.
"Tetapi yang menjual Pemkot Yogyakarta dagingnya dari RPH (Rumah Pemotongan Hewan) milik Pemkot Yogyakarta," kata Anggota Tim Pemantau Inflasi Daerah Retno Setijowati pada Republika.
Menurut dia, janjinya para penjual daging sapi hanya akan mogok berjualan selama dua hari (red. Kamis dan Jumat). "Tapi tidak tahu apakah betul atau dia," tutur dia.
Untuk mengantisipasi semakin meningkatnya harga daging yang kini di beberapa tempat sudah mencapai Rp 95- 100 ribu per kilogram Retno, Pemerintah DIY melalui TPID DIY juga akan melakukan penjualan daging sama seperti Pemkot Yogyakarta selama dua hari (Sabtu, 19 Januari dan Ahad, 20 Januari).
Penjualan dilakukan pada Sabtu dan Ahad dengan asumsi pembeli daging sapi pada dua hari itu akan lebih banyak dibandingkan hari-hari lain. Rencananya, kata Retno, Pemerintah DIY akan membeli sapi ke peternak yang ada di DIY dan membawanya ke RPH Kota Yogyakarta, lalu akan dijual ke pasar-pasar yang menjual daging dengan harga tinggi.
Anggaran untuk penjualan daging sapi, dia menambahkan, dimintakan ke CSR Bank Indonesia (BI)Yogyakarta. Kebetulan Pimpinan BI sebagai Ketua TPID dan BI bersedia untuk mengeluarkan dana CSR-nya. Jumlah dananya akan disesuaikan dengan kebutuhan.
"Jadi akan dihitung dulu kira-kira berapa banyak kebutuhannya. Supaya jangan berlebih," jelas dia.
"Siang ini (red. Jum'at, 18/1) kami mengundang kepala dinas peternakan kabupaten dan kepala dinas perdagangan untuk memantau harga daging sapi dan mengidentifikasi pasar-pasar mana yang menjual daging dengan harga yang tinggi. Kalau ternyata di kabupaten harga daging sapi tinggi, kami juga akan menjual daging sapi ke kabupaten," ungkap Retno yang juga sebagai Kepala Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam Pemerintah DIY.
Lebih lanjut Retno mengatakan penyebab kenaikan daging sapi bukan semata-mata dari peternak sapi yang menjual harga tinggi. Ketika harga ternak sapi, kenyataannya di pasaran harga daging tetap tinggi. Sehingga margin terbesar di penjagal sapi.
Retno yang sedang mengambil S3 di Agribisnis UGM ini mengatakan yang bermain harga itu justru di penjagal sapi yang sebetulnya ada yang menjadi pedagang daging sapi yang mau meraup keuntungan.
"Karena itu kami minta supaya penjagal sapi menikmati keuntungan yang berkeadilan. Ketika TPID DIY menjual daging sapi sambil pembelajaran," kata dia.