REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Bagi warga Bandung, menyaksikan Teater Sunda Kiwari menjadi salah satu cara mengapresiasi kecintaan terhadap kesenian Sunda. Teater yang berdiri sejak 1975 ini sangat eksis melakukan pertunjukkan. Sehingga, tak sulit bagi mereka untuk diterima masyarakat. Menurut salah satu pendiri teater ini, R.Dadi P. Danusubrata, kelompok teater dapat diterima karena memunculkan ide baru dengan mengusung konsep sebagai teater Sunda modern.
Menurutnya, teater ini tak ada bedanya dengan teater-teater lain. Namun, bedanya hanya bahasa yang digunakan yakni bahasa Sunda. "Awalnya banyak yang tidak yakin drama Sunda akan bertahan lama. Tapi, sampai sekarang masih bisa bertahan,"kata Dadi kepada ROL.
Dahulu, katanya, pihaknya sering dicibir karena mendirikan teater tersebut. "Dulu cibiran berdatangan, teater bahasa Indonesia saja banyak yang bubar apalagi teater Sunda. Tapi Alhamdulillah masih bertahan sampai sekarang,"ungkapnya.
Meski demikian, ada saja kendala yang dihadapi. Diantaranya, masyarakat masih kurang memiliki kesadaran yang cukup untuk turut serta secara aktif memelihara budayanya sendiri. "Pemerintah juga terkesan maju mundur mendukung pelestarian budaya Sunda," ujarnya.
Setidaknya, teater ini melakukan pertunjukkan dua kali dalam satu tahun dan roadshow ke berbagai kota. Keinginan untuk tetap melestarikan bahasa dikembangkan melalui Festival Drama Bahasa Sunda (FDBS). Dadi mengungkap, teater adalah media dakwah tapi melalui panggung pertunjukan. Ada pesan moral yang disampaikan di dalamnya. "Sumbangan untuk pendidikan melalui dunia teater," ujarnya.