Selasa 15 Jan 2013 14:07 WIB

Korban Meninggal Longsor Bogor Jadi Enam Orang

Rep: Qommaria Rostanti/Fenny Melisa/Lida Puspaningtyas/ Red: Dewi Mardiani
Rumah warga yang dilanda longsor (ilustrasi).
Foto: Antara/Arif Pribadi
Rumah warga yang dilanda longsor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Enam korban yang tertimbung longsor di Kampung Cibogo, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor telah ditemukan. Korban longsor yang terjadi pada Selasa (15/1) pukul 06.00 WIB sudah berhasil dievakuasi.

Kepala Pusat Data, Infomasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan semua korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Mereka adalah Haris (55), Hendi (12), Inem (45), Roni, Robi dan Ita.

"Inem, Roni, Robi dan Ita adalah istri dan anak-anak Maman yang saat longsor berada di dalam rumah," ucap Sutopo dalam siaran persnya, Selasa (15/1). Maman bekerja sebagai pengemudi mobil box dari Cipanas ke Jakarta.

Korban masih dalam penanganan petugas. BPBD Bogor, BPBD Jawa Barat, Tagana, TNI, Polri, PMI, masyarakat dan lainnya terus melakukan penanganan bencana. Sutopo mengatakan Kepala BNPB telah meninjau lokasi dan memberikan arahan penanganan serta memberikan bantuan kepada BPBD. "Tercatat tiga rumah, satu masjid, dan satu warung hancur tertimbun tanah longsor," katanya.

Sutopo menyebut pemukiman dibangun di bawah tebing tegak lurus yang langsung berbatasan dengan Sungai Ciliwung Hulu. Longsor terjadi pada tinggi tebing sekitar 20 meter dan lebar sekitar 10 meter. "Tidak ada bangunan talud atau tanaman penguat dari tebing tersebut sehingga sangat mudah longsor," ujarnya.

Struktur batuan dan jenis tanahnya pun gembur yang mudah longsor. Potensi longsor susulan masih berpotensi terjadi jika terjadi hujan.

Masyarakat diimbau selalu meningkatkan kesiapsiagaannya dan mengenali kondisi lingkungannya. Pemukiman yang berada di daerah rawan longsor seperti di Kecamatan Megamendung banyak ditemui di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Puncak, Cianjur dan lainnya.

"Rumah, villa, pusdiklat dan sebagainya dibangun pada daerah rawan longsor tanpa disertai upaya konservasi tanah dan air sehingga wilayah tersebut menjadi wilayah risiko tinggi longsor," ucap Sutopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement