Ahad 13 Jan 2013 21:37 WIB

Pengurangan Impor Sapi Dinilai Untungkan Peternak

Sapi impor
Sapi impor

REPUBLIKA.CO.ID, PEMALANG -- Pengurangan impor sapi dinilai bakalan menguntungkan peternak karena harga sapi potong meningkat dan membuat peternak bergairah untuk meningkatkan populasi ternaknya. 

Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian Suswono saat berkunjung ke Kelompok Tani Ternak "Global Lestari" di Desa Banjaranyar, Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Ahad (13/1).

"Langkah pemerintah mengurangi impor sapi bakalan sudah tepat dalam rangka menggairahkan usaha ternak sapi di Indonesia sehingga populasi meningkat mencapai angka yang mendukung swasembada daging tahun 2014," kata Suswono.  

Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi impor sapi bakalan pada 2013 hanya 288.000 ekor yang akan dibagi habis untuk 24 perusahaan penggemukan baik skala besar maupun kecil. Padahal pada 2009 total impor sapi bakalan mencapai 765.000 ekor.

Ia menilai populasi sapi Indonesia bisa berkembang karena usaha itu cukup prospektif. Terbukti saat ini tumbuh usaha penggemukan sapi yang sejumlah daerah termasuk yang didorong melalui Program Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) sejak tahun 2011.

"Kelompok tani kita berikan sapi lalu mereka mengolah kotoran sapi menjadi kompos dan terbukti ada kelompok yang mampu mengembangkan usaha produksi kotoran dan urine sapi menjadi usaha utama sementara penggemukannya menjadi sampingan," katanya.

Mentan juga mengungkapkan, populasi sapi di daerah-daerah "kantong sapi" mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB dan NTT mengalami pertumbuhan cukup baik, bahkan di Papua, populasi sapi mengalami pertumbuhan di atas tujuh persen.

"Populasi cukup, hanya saja sebarannya tidak merata dan demikian juga kebutuhan daging di Jawa lebih tinggi karena jumlah penduduk lebih banyak," katanya.

Karena itu, kata Mentan, saat ini tengah dipikirkan untuk dibangun Rumah Potong Hewan (RPH) di daerah "kantong sapi" seperti NTT, NTB dan Papua, kemudian dagingnya yang akan dikirim ke Pulau Jawa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement