REPUBLIKA.CO.ID, KARIMUN -- Ratusan kendaraan roda dua dan empat mengantre berjam-jam di stasiun pengisian bahan bakar umum di Jalan Poros, Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, Minggu sore.
Sepeda motor dan mobil antre memanjang memenuhi ruas jalan dari arah Kantor Bupati Karimun sepanjang hampir satu kilometer hingga ke areal SPBU.
Kendaraan yang melintas dari arah kantor bupati menuju RSUD Karimun terpaksa menggunakan ruas jalan sebelah kanan akibat padatnya jalan dengan dua jalur tersebut.
Antrean panjang juga terlihat di ruas jalan dari Kampung Harapan, Kelurahan Harjo Sari menuju SPBU dengan dominasi kendaraan roda dua.
"Sudah satu jam lebih antre, tapi belum kebagian mengisi bensin," kata pengendara mobil, Sari.
Sari mengatakan terpaksa ikut antre meski menyita waktu yang seharusnya ia gunakan untuk kondangan ke pesta perkawinan kerabatnya demi mendapatkan bensin.
"Kalau tak diisi, mobil tidak bisa jalan. Beli di kios harganya mahal dengan menggunakan takaran botol, itupun sudah banyak yang tutup karena persediaan mereka juga habis," katanya.
Johan, pengendara sepeda motor mengatakan baru kebagian bensin setelah antre hampir 1,5 jam.
"Benar-benar susah dapat bensin. Sejak awal tahun SPBU tidak pernah sepi, selalu antre tiap hari. Saya heran kenapa kondisi seperti ini terus berlangsung," katanya.
Dia mengatakan pengelola SPBU sudah seharusnya mendapat pasokan BBM sehingga seluruh pompa bensin bisa beroperasi.
"Tadi hanya dua pompa bensin yang beroperasi, yang satunya lagi tutup. Setiap pompa bensin terdapat dua lajur antrean, bayangkan saja berapa lama harus bersabar menunggu giliran," ucapnya.
Sementara itu, petugas SPBU mengatakan antrean panjang kendaraan terjadi sejak tadi pagi.
"Kami tidak berhenti melayani pengendara saking banyaknya kendaraan yang antre," kata petugas.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Karimun Usmantono dalam satu kesempatan mengatakan, pengelolaan SPBU sepenuhnya dilakukan PT Ology Karimun Bumi Sukses (OKBS) sehingga pihaknya belum bisa memastikan penyebab kelangkaan.
"Kami belum dapat mengambil kebijakan karena masih menunggu hasil audit keuangan dan pengelolaan SPBU oleh OKBS. Audit dilakukan oleh auditor independen dan masih berlangsung, setelah itu baru bisa diketahui penyebab sering habisnya pasokan BBM," ucap Usmantono.
Sebelumnya, Perusda selaku pemegang saham mayoritas telah menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) yang memutuskan untuk mengaudit kinerja OKBS menyusul banyaknya kritikan terkait buruknya pelayanan SPBU.