Ahad 13 Jan 2013 10:45 WIB

Menanti Kapal dari Seberang

Sebuah kapal feri milik PT ASDP Indonesia Ferry melintas di jalur masuk Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Foto: Antara/Kristian Ali
Sebuah kapal feri milik PT ASDP Indonesia Ferry melintas di jalur masuk Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mursalin Yasland/Wartawan Republika

Arus kendaraan terutama truk barang dari ujung utara Sumatra, terus mengalir ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Pelabuhan Bakauheni menjadi tumpuan terakhir para sopir truk dan mobil pribadi, untuk menyeberang ke Pelabuhan Merak, Banten, begitu sebaliknya.

Cuaca yang tak 'bersahabat' di perairan laut Selat Sunda dan terputusnya jalur tol Jakarta-Merak, berdampak pada moda transportasi laut, kapal feri (roll on rool off/roro), dalam tiga hari terakhir. Hingga Ahad (13/1), antrean truk barang masih terjadi di Pelabuhan Bakauheni, hingga 'muntah' ke jalan lintas Sumatra.

Polisi terpaksa kerja ekstra keras, untuk mengatur arus lalu lintas, bagi truk yang ingin masuk pelabuhan dan yang keluar dari pelabuhan Bakauheni menuju kota Bandar Lampung. Hari-hari sebelumnya, antrean truk sudah mencapai 11 kilometer di jalur tersebut; semua ingin menyeberang ke Pulau Jawa.

Penumpukkan kendaraan lantaran PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Indonesia Ferry (ASDP-IF), hanya mengoperasikan 17 kapal roro, dan memfungsikan tiga dari lima dermaga yang ada baik di Bakauheni maupun Merak. "Cuaca sangat buruk beberapa hari terakhir, jadi kami hanya operasikan 17 kapal," kata Kepala Cabang PT ASDP-IF Bakauheni Lampung, Yanus Lantenga, kepada Republika, di Bakauheni, Ahad (13/1).

Ia mengakui berkurangnya kapal yang jalan dan berkurangnya dermaga yang berfungsi, menyebabkan terjadinya penumpukkan kendaraan yang ingin menyeberang. "Demi menjaga keselamatan penumpang dan kendaraan, kami membatasi jumlah kapal roro," ungkapnya.

Sejak Sabtu (12/1) petang, seiring cuaca di laut kembali normal, jumlah kapal pun bertambah menjadi 25 unit, dan lima dermaga berfungsi kembali. Antrean truk dan mobil pribadi di luar pelabuhan atau di jalan lintas Sumatra kembali berkurang dari belasan kilometer menjadi satu kilometer.

Kedatangan kapal di dermaga 1, 2, 3, 4, dan 5 Pelabuhan Bakauheni, menjadi harapan para sopir truk dan mobil pibadi, yang sudah "mengetem" lebih dari enam jam, bahkan ada yang sudah bermalam. Aktivitas bongkar muat kapal yang sandar dibatasi hanya 45 menit.

Para petugas ASDP pun  sibuk bukan kepalang. Aksi main serobot truk dan mobil pribadi untuk masuk lambung kapal, pun tak terelakkan. Maklum, penantian kapal dari seberang sudah menjadi harapan para sopir yang sudah rela bermalam di pelabuhan, dengan biaya 'hidup' di jalan sudah menipis.

Kericuhan antar para sopir truk mulai terjadi. "Jalur tembak" seakan kembali berlaku di pelabuhan, setelah tiga hari "tenang". Menurut Yandi, sopir truk asal Lampung tujuan Jakarta, sudah menjadi rahasia umum, kalau antre di dermaga ada truk yang bisa masuk kapal duluan. "Biasanya melalui jalur tembak, bayar berapa gitu," ungkapnya.

Dari penelusuran di wilayah Bakauheni, memang, permainan para sopir, calo truk pelabuhan, dan petugas pelabuhan, seperti tersusun rapi. Truk yang nyelonong menyalip truk lain agar bisa masuk kapal duluan, harus menyerahkan "upeti" berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribuan.

Sepanjang jalan lintas Sumatra, di kanan dan kirinya kerap menemukan plang nama seseorang. Nama-nama tersebut menjadi "langganan" para sopir truk, yang konon agar bisa mulus masuk pelabuhan hingga ke dalam kapal feri. Para sopir saat di perjalanan menuju pelabuhan hanya bisa berkomunikasi dengan telepon seluler, dan ketemu dengan seseorang yang bermotor di pelabuhan

. "Terjadilah transaksi di sana," kata Navi, warga Bandar Lampung, yang setiap pekan hilir mudik ke Lampung-Jakarta.

Pada kondisi antrean sudah mencapai belasan kilometer di luar pelabuhan, aksi seperti ini masih terjadi.Kedatangan kapal dari seberang (Pelabuhan Merak, Banten), yang diharapkan para sopir, terkadang hanya tinggal harapan. Truk-truk yang mengantre di depan saja, bisa kalah, dengan yang di belakang, untuk masuk kapal feri.

"Kita tidak bisa berbuat banyak, semua petugas yang ngatur, kami hanya nurut aja," kata Yandi, sopir truk angkutan barang rumah tangga dari Lampung. Informasi yang diperoleh, kisaran transaksi jalur tembak bisa mencapai ratusan ribu rupiah satu truk.

Kacab PT ASDP-IF Bakauheni, Yanus Lantenga, mengatakan saat cuaca sudah normal kembali sejak Jumat hingga Ahad ini, antrean kendaraan terutama truk barang sudah berkurang. Menurut dia, pengaturan lalu lintas arus truk ke kapal sesuai prosedur yang berlaku, tidak ada yang saling mendahului.

Ia mengatakan saat ini gelombang laut sudah normal, dan jalan tol sudah bisa dilewati, ASDP sudah mengoperasikan 25 unit kapal roro dengan lima dermaga yang berfungsi. Sedangkan trip kapal yang berlayar Bakauheni-Merak sudah mencapai 80 trip. Jadi, kata dia, pada Ahad ini penumpukkan kendaraan sudah terurai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement