Selasa 08 Jan 2013 21:36 WIB

Atap Ambruk Saat Jam Pelajaran, Siswa & Guru Masih Trauma

Sekolah Ambruk (ilustrasi)
Foto: Antara
Sekolah Ambruk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Sejumlah siswa dan guru Sekolah Dasar Banar 01, Kampung Babakan Tajur, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengaku trauma  setelah atap bangunan sekolah itu ambruk.

"Anak-anak agak syok dan masih trauma atas kejadian ini, takut ada susulan," kata Sukmadjaja, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Banar 01, saat ditemui di lokasi kejadian, Selasa (8/1).

Djaja mengatakan, untuk sementara waktu pihaknya meliburkan seluruh siswanya termasuk siswa yang terluka akibat musibah tersebut hingga trauma psikologis hilang.

Atap bangunan sekolah yang dibangun sejak 2008 itu ambruk tepat  saat siswa sedang belajar di dalam kelas. Tercatat 34 siswa terluka terdiri dari 28 orang luka ringan dan enam orang luka berat. Insiden itu juga melukai satu orang guru.

Korban luka umumnya mengalami memar, luka sobek di kepala, bahu dan tangan serta ada yang patah tulang tangan. Menurut Syaefuddin salah satu guru yang ikut tertimpa bangunan atap, saat kejadian dirinya tengah mengajar di ruang kelas lima.

Sebelum kejadian, lanjut Syaefudin, terdengar bunyi gemuruh dari arah belakang tempat kelas empat. "Lagi belajar di kelas lima tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dari arah kelas empat, langsung atap ambruk, saya terkena balok plafon yang menimpa bahu saya," katanya.

Syaefudin mengaku tidak mempermasalahkan luka memar di bahunya. Ia hanya memikirkan murid-muridnya yang berada di dalam kelas. Setelah kejadian ia langsung mencoba menyelamatkan siswa untuk keluar dari kelas.

Pria berperawakan kurus ini juga mengevakuasi sejumlah siswa yang terluka dan melarikannya ke rumah sakit hingga baju PNS yang dikenakannya bercucuran darah murid-muridnya.

"Yang saya khawatirkan anak-anak. Mereka keluar dengan kepala berdarah bahkan ada yang terluka di tangan," tuturnya.

Sementara itu, Yeyen Sumaryani, wali kelas enam, pingsan sesaat setelah kejadian karena melihat anak-anaknya terjebak di dalam ruang kelas tidak bisa keluar.

"Saya satu-satunya guru yang saat kejadian sedang berada di luar. Saya melihat tiba-tiba atap bangunan kelas ambruk, saya lalu lari ke samping sekolah teriak minta tolong, saya lihat anak-anak tidak ada yang keluar kelas, saya panik, tiba-tiba hilang kesadaran," kata Yeyen.

Yeyen melihat anak-anak muridnya terjebak di dalam ruangan karena pintu kelas tertutup asbes yang ambruk. "Saya benar-benar panik dan takut. Trauma juga melihat kejadian itu, makanya saya jadi was-was ruang yang ini ambruk juga," ujarnya.

Enam orang anak yang mengalami luka berat terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6. Siswa yang mengalami luka berat diantaranya, Reky kelas 6, Zahro, Erna, Awaludin siswa kelas 5, Redi dan Yana kelas 4.

Rendi mengalami patah tulang tangan, Awaludin luka dalam, Zahro bagian kepala bocor dan harus dijahit. Korban luka, dilarikan ke puskesmas terdekat dan mantri pun menjahit luka para korban.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement