REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu (2/1) kemarin membuat sedikitnya delapan hektare lahan pertanian di wilayah tersebut terendam air.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul, Edy Suhariyanta di Bantul ketika dikonfirmasi, Kamis mengatakan, lahan yang terendam itu meliputi tiga kecamatan yakni di Desa Poncosari (Srandakan), Desa Panjangrejo Pundong dan Desa Gadingharjo Sanden.
"Total ada sekitar delapan hektare yang ditanami padi, areal tersebut bisa terendam karena lokasinya berada pada hilir sungai. Tadi pagi saya cek yang di Desa Gadingharjo Pandak," katanya.
Menurut dia, seperti di Gadingharjo, air masuk dari sungai Winongo Kecil yang meluap, sementara yang di Desa Poncosari tepatnya di Dusun Cangkring karena penyempitan saluran sehingga mengakibatkan aliran air tidak lancar dan menggenangi lahan pertanian.
"Kondisi semuanya hampir sama, rata-rata usia tanaman padi muda berkisar 20 sampai 40 hari, kalau genangan air tidak lama tanaman masih bisa selamat, namun yang dikhawatirkan ketika genangan sampai berhari-hari tanaman bisa terkena hama sundep," katanya.
Untuk mengantisipasi hal itu, kata dia pihaknya mengimbau para petani untuk menaburi insektisida karboborat agar dapat mengendalikan hama sundep tidak semakin meluas dan memperparah kerusakan tanaman.
"Saya mengimbau petani di daerah itu yang sawahnya sudah terkena hama sundep bisa datang ke kantor untuk mengambil insektisida karboborat, kami siapkan gratis kepada petani," katanya.
Menurut dia, genangan air di areal persawahan tersebut karena kondisi lahan yang memang berpotensi ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, bahkan setiap tahun genangan air bisa terjadi.
"Perlu ada koordinasi lintas instansi untuk mengatasi hal ini, karena daerah yang langganan tergenang air seperti di Cangkring, Poncosari kalau endapan yang ada di saluran belum dikeruk hampir tiap hujan deras sawah sekitar bisa tergenang air," katanya.