REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Banjir Bengawan Solo di daerah Hilir Jatim semakin meningkat akibat hujan di kawasan hulu.
"Air Bengawan Solo di daerah hilir Jatim terus meningkat karena mendapatkan pasokan air dari daerah Ngawi dan Ponorogo, selain juga pengaruh hujan lokal," kata Kepala Seksi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo Mucharom di Bojonegoro, Kamis.
Ia mengimbau jajaran Pemkab Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik meningkatkan kewaspadaan, sebab air Bengawan Solo menunjukkan kecenderungan meningkat.
Sesuai pemantauan, ketinggian air di papan duga di Bojonegoro terus merangkak naik hingga Kamis pukul 05.00 WIB mencapai 14,57 meter (siaga II).
Ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari Kota Bojonegoro, Rabu (2/1) pukul 21.00 WIB, masih di bawah siaga banjir dengan ketinggian 26,66 meter.
Namun, katanya, ketinggian air di Ngawi juga siaga banjir dengan ketinggian 7,10 meter (siaga II) pada Kamis pagi, bahkan sebelumnya sempat mencapai 7.7 meter.
Ia juga menjelaskan di daerah hilir Jatim lainnya, mulai Tuban, Lamongan, dan Gresik, ketinggian air Bengawan Solo juga meningkat dan sudah memasuki siaga II, dalam menghadapi meluapnya sungai terpanjang di Jawa itu.
Anggota Tim SAR yang juga warga Desa Mulyorejo, Kecamatan Balen, Anwar, menjelaskan bertambahnya air Bengawan Solo di desanya terjadi sejak Rabu (2/1) malam.
Ia mengatakan meluapnya air Bengawan Solo di wilayahnya, mulai merendam areal tanaman padi. Hal tersebut juga terjadi di desa tetangganya seperti Sekaran, Pilanggede, dan Sarirejo, serta Kecamatan Kanor.
Ia memperkirakan jika banjir Bengawan Solo terus meninggi, air yang saat ini sudah mengepung desanya, akan memasuki pemukiman warga dan merendam jalanan desa.