REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -– Kemeriahaan pergantian tahun baru di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Senin (31/12) berubah menjadi kesedihan. Tujuh wisatawan asal Kabupaten Bandung terseret ombak pantai selatan saat sedang berenang. Satu orang tewas dan satu lainnya dalam kondisi kritis.
Korban meninggal dunia bernama Riki (23 tahun), warga Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Salah satu korban yang selamat, Fauzi Rahman (20 tahun), ia dan teman-temannya datang ke Pantai Pangandaran pada Senin (31/12) siang. Setelah sampai di Pantai Pangandaran, ketujuh remaja yang mengendarai sepeda motor dari Bandung itu beristirahat di tepi pantai.
Sekitar pukul 16.00 WIB, kata dia, mereka berenang di Pantai Barat yang terkenal dengan ombaknya yang tinggi. Baru sepuluh menit berenang, ketujuh remaja ini sudah berada di tengah. ’’Karena keasyikan kami terseret ke tengah,’’ujar dia, Selasa (1/1).
Saat posisi di tengah itulah, kata Fauzi, tiba-tiba ombak besar menggulung mereka. Mereka yang menggunakan ban dalam mobil itu tak bisa mengendalikan saat ombak menghantam. Ketujuh remaja ini terpisah dari kelompoknya. Riki posisinya paling tengah terseret ombak hingga tenggelam dan meninggal dunia.
Sementara, enam rekannya berhasil diselamatkan tim Balawista Pantai Pangandaran. ‘’Saya dan lima rekan berhasil diselamatkan petugas Balawista. Sedangkan Riki terpisah dan tak tertolong,’’kata dia yang masih tergolek di ruang perawatan Puskesmas Pangandaran.
Menurut penuturan Fauzi, saat berenang di Pantai Barat, petugas Balawista sudah memperingatkan mereka agar tak berenang ke tengah. Peringatan itu, kata dia, tak dihiraukan karena terlalu asyik berenang dengan teman-temannya. Ia tak menyangka akan datang ombak besar dan menghantam mereka yang tengah berenang.
‘’Ombak datangnya cepat sekali. Begitu menghantam, kami langsung terpisah satu sama lain. Kami berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Untungnya ada petugas yang datang dengan perahu motor dan menolong kami,’’tutur dia.
Ketua Balawista Pantai Pangandaran, Dodo Taryana, yang memimpin penyelamatan para korban mengatakan, sejak awal petugas Balawista telah memperingatkan para korban agar tak berenang ke tengah. ‘’Mungkin karena suara ombak yang keras sehingga teriakan petugas kami tak didengar,’’ ujar dia.
Menjelang pergantian tahun, kata Dodo, Balawista mengerahkan sedikitnya 60 personel penyelamat pantai. Petugas yang sudah terlatih itu, kata dia, disebar di setiap radius 100 meter mulai dari pantai barat hingga timur.