REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat Indonesia kerap kali menjadikan momentum tahun baru sebagai ajang untuk berfoya-foya. Euforia malam pergantian tahun akan terlihat di setiap sudut jalan, bukan lagi di kota, bahkan di desa-desa. Perayaan yang sudah menjadi budaya tersebut, tentunya tidak bisa hilang dari kebiasaan masyarakat.
Karena itu, Salah satu pengisi acara Tabligh Akbar Republika Yogyakarta, Ustad Wijayanto, mengatakan budaya tersebut harus dilawan dengan budaya lain. Sehingga, kebiasaan yang telah terbentuk, pelan-pelan akan beralih.
"Kita tidak bisa menyalahkan kebiasaan euforia masyarakat di malam tahun baru, pasalnya tidak ada lagi kegiatan alternatif yang ditawarkan pada mereka," kata Wijayanto, Ahad (30/12).
Dia juga menjelaskan, seharusnya memang ada program yang lebih bermanfaat. Dengan begitu, masyarakat dengan sendirinya akan berpindah pada kegiatan tersebut.
Meskipun tidak terlalu diminati oleh masyarakat. Namun, dia menyebutkan, acara yang ideal adalah melakukan introspeksi diri secara menyeluruh. Sehingga, dengan adanya muhasabah itu, masyarakat dapat belajar memperbaiki kesalahan. "Tugas kita adalah, bagaimana mengemas acara tersebut menjadi lebih menarik," ucapnya.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Motivator Indonesia, Asep Nurhidayat. Dia menambahkan, satu persoalan lainya yakni, bagaimana penanaman visi serta misi kita untuk tahun ke depan.
Pasalnya, dia menegaskan, setiap kali pergantian tahun, tentunya harus ada perubahan yang signifikan pada pola hidup masyarakat. Karena itu, sebuah tuntunan yang positif sangat berperan dalam membangun kebisaan baru tersebut. "Dengan mengadakan acara Tabligh Akbar, ini merupakan upaya menuntun masyarakat ke arah yang positif," katanya.