REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Korban perdagangan manusia alias human trafficking asal Kabupaten Sukabumi terus bertambah banyak. Hingga akhir Desember sudah sebanyak 62 orang warga yang menjadi korban trafficking.
Terakhir, seorang korban asal Desa/Kecamatan Tegalbuleud yang berinisial S (24 tahun) berhasil dibawa pulang ke Sukabumi, Jumat (28/12) sore. Korban S diperdagangkan hingga ke Malaysia.
"Korban trafficking tahun ini memang cukup tinggi," kata Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, Elis Nurbaeti kepada Republika di Sukabumui, Ahad (30/12).
Kasus terbanyak terjadi dalam dua bulan terakhir. Berdasarkan data P2TP2A Kabupaten Sukabumi menyebutkan, dari awal 2012 hingga akhir Desember kasus trafficking mencapai 53 kasus dengan korban sebanyak 62 orang. Padahal pada 2011 lalu kasus trafficking hanya sebanyak 27 kasus.
Menurut Elis, korban perdagangan manusia tersebut diperjualbelikan ke sejumlah daerah hingga luar negeri. Diantaranya Brunei Darussalam, Beirut (Lebanon), Malaysia, Arab Saudi, Papua, Jakarta, dan Medan.
Elis mengakui, kasus trafficking yang belum terungkap masih banyak. Pasalnya, saat ini yang baru tertangani baru sebagian warga di utara Sukabumi. Sedangkan masyarakat di selatan Sukabumi belum optimal mendapatkan perhatian.
Ditambahkan Elis, munculnya kasus perdagangan wanita disebabkan iming-iming memperoleh gaji besar. Namun, pada kenyataannya mereka malah di bawa ke tempat lain yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Seperti yang dialami korban trafficking S, warga Kecamatan Tegalbuleud yang awalnya dijanjikan gaji besar dengan bekerja di sebuah toko di Malaysia. Pada kenyataannya S yang kini tengah hamil tersebut dipekerjakan di sebuah kedai roti dan gajinya tidak dbayar sama sekali.
"Saya merasa kapok dan tidak mau lagi ke luar negeri," ujar S, kepada wartawan. Ia kini memilih untuk bekerja di kampung halamanya sendiri.