REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Gangguan perjalanan kereta api yang kerap terjadi adalah bukti tak sterilnya jalur dari faktor pengganggu. Salah satunya adalah oknum masyarakat yang sering kali melempar benda atau batu ke arah kereta api.
Mateta Rijalulhaq, Ketua Humas PT KAI Daerah Operasi I mengatakan memang jalur tidak steril dari gangguan karena merupakan area terbuka, tidak seperti di negara maju yang menggunakannya di jalur bawah tanah. "Pelemparan batu itu dalam sehari bisa mencapai sepuluh kali di berbagai perjalanan baik Ekonomi maupun CommuterLine," kata Mateta.
Daerah yang paling sering mengalaminya adalah daerah Bekasi, Cikampek dan tak jarang jalur Jakarta-Bogor. Umumnya, kata Mateta, itu adalah ulah anak-anak remaja yang iseng sedang bergerombol genknya kemudian melempar-lempar batu.
Mateta mengaku tak dapat menindak ataupun menghukum oknum seperti itu karena bukan wewenang PT KAI. "PT KAI hanya bisa mengupayakan pencegahan seperti berkoordinasi dengan pejabat atau pemerintahan setempat yang areanya disekitar jalur," kata dia.
Selain itu, Mateta melanjutkan, PT KAI mengupayakan shift pengendali yang bertugas memantau jalur. PT KAI hanya dapat mengupayakan imbauan untuk tidak melakukan hal tersebut. "Perlu partisipasi dan kesadaran masyarakat sendiri bahwa melakukan hal itu dapat membahayakan penumpang," kata Mateta.
Beberapa kasus pelemparan batu yang serius pernah terjadi dengan akibat cukup fatal. "Tahun 2011 ada masinis yang buta permanen karena terkena batu sebesar kepala, tahun 2012 baru-baru ini pun ada asisten masinis yang matanya terluka karena pelemparan batu," ujar dia.