REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Flu burung atau avian influenza (AI) yang menyerang ratusan ribu itik di Indonesia positif berupa virus kelompok baru yaitu 2321.
Virus kelompok ini, menurut guru besar virologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Widya Asmara, masuk kelompok virus flu burung yang ganas.
"Gejalanya unggas lemas, mata keputihan, dan mati mendadak. Kebanyakan itik muda," ujar Widya. Kalau ditinjau lebih jauh, kata dia, gejala ini merupakan tanda virus AI kelompok 2321 yang berbeda cukup jauh dari kelompok sebelumnya, kelompok 21.
Namun sayangnya, menurut Widya, pemerintah Indonesia hingga detik ini belum memiliki vaksin untuk flu burung jenis ini. Vaksin yang, ada kata dia, adalah vaksin untuk virus flu burung jenis 21. "Vaksin ini meski diberikan dalam dosis besar tidak akan menyelesaikan masalah,"tambahnya.
Menurutnya virus flu burung kelompok ini biasanya menyerang unggas liar di Daratan Asia. Pada 2010 virus jenis ini ditemukan di Nepal, kemudian ke India, Cina, kemudian Jepang.
"Itu kemudian mewabah hingga Asia dan Desember masuk Indonesia," tambahnya.
Penularan virus ini, menurut Widya, bisa terjadi melalui migrasi burung saat musim dingin. Selain itu, bisa juga lewat perdagangan Itik yang tidak terdeteksi membawa virus baru tersebut.
Saat ini, beberapa peternak telah melakukan fogging atau pengasapan untuk penanggulangan virus tersebut. Namun upaya ini, kata dia, tidak akan berhasil karena fogging merupakan langkah pembasmian nyamuk dewasa bukan virus.
Langkah awal yang bisa dilakukan peternak untuk meminimalkan penyebaran virus ini adalah dengan pemusnahan terbatas, desinfeksi yang baik, dan pengawasan perdagangan.