Rabu 26 Dec 2012 09:23 WIB

Ratusan Hektare Sawah di Mesuji Terancam Gagal Panen

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dewi Mardiani
Petani menanam padi di sawah (ilustrasi).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petani menanam padi di sawah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Ratusan hektare sawah padi di Kampung Wonosari, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, Lampung, terserang penyakit aneh. Padi yang baru berusia 45 hari mengalami karat pada daun yang mengakibatkan separuh daun mengering.

Padi yang terjangkit penyakit aneh ini, menyerang varietas padi Ciherang, IR 64, dan Ciliwung. Hingga Rabu (26/12), penyuluh pertanian daerah setempat belum bisa mendeteksi jenis hama yang menyerang tanaman padi petani ini, sehingga panen tahun ini terancam gagal.

Setelah mendapat laporan warga, Bupati Mesuji, Khamamik, mendatangi sawah petani tersebut pada Selasa (25/12). Ia didampingi dua orang mantan Petugas Penyuluh Pertanian,  Jaya dan Jupri.

Kehadiran pejabat teras kabupaten ini di lapangan belum jugas mengetahui penyebab mengeringnya daun apakah karena hama atau insec, virus, jamur atau karena kekurangan pupuk hara. “Belum bisa dipastikan penyebab karat pada daun padi ini," jelas Khamamik.

Kepada petani, ia mengimbau untuk mengikuti petunjuk dari petugas penyuluh lapangan. Lahan rawa atau gambut biasanya memiliki kadar asam atau PH yang tinggi sehingga perlu perlakuan khusus. Salah satu cara yang dianjurka, yaitu dengan menggunakan kaptan atau dolomit sebelum melakukan penanaman.

Kaptan dan dolomite untuk mengatasi zat asam tanah yang tinggi dan membantu mengatasi hama tanaman. Dengan cara itu, maka tanaman padi akan tumbuh dengan baik dan subur. Hal sama terjadi pada petani padi dua tempat yakni di kawasan Kota Terpadu Mandiri, Mesuji Timur, dan Rawajitu Utara. Petani sudah berusaha menggunakan pestisida namun belum membuahkan hasil.

Dinas Pertanian Mesuji dan Badan Penyuluh Pertanian segera mengumpulkan data sebagai langkah awal untuk mengatasi serangan hama padi ini yang berdampak gagal panen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement