REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesian Police Watch (IPW) menilai pengamanan Hari Raya Natal tahun ini berlebihan. Hal tersebut menimbulkan efek buruk pada kenyamanan masyarakat dan dunia usaha.
Menurut Ketua Presidium IPW Neta S Pane latar belakang ketatnya pengamanan karena Polri trauma dengan aksi teror bom natal beberapa tahun lalu. Saat itu Polri dianggap gagal menjaga keamanan.
Latar belakang lainnya menurut Neta, karena intelijen Polri soal keamanan sangat lemah. Sehingga, Polri tak mampu melakukan deteksi dan antisipasi dini terhadap gangguan keamananan pada sejumlah hari raya.
"Akibatnya, Polri tak memiliki kepercayaan diri untuk membangun sistem keamanan tertutup," kata Neta saat kepada Republika, Selasa (25/12).
Menurut Neta, ada dua sistem dalam menjaga keamanan. Pertama adalah dengan sistem terbuka yaitu mengerahkan banyak personel dan kedua adalah sistem tertutup dengan mengerahkan operasi intelijen.
"Artinya, Polri dalam menjaga keamanan saat natal ini menggunakan sistem terbuka," katanya.
Neta mengatakan, sistem keamanan terbuka ini seharusnya digunakan hanya pada keadaan darurat saja. Sedangkan saat ini, termasuk pada hari Natal, kondisi keamanan relatif tak bermasalah.
Menurut Neta, dengan sistem keamanan seperti ini, membuat masyarakat menjadi tak nyaman. Karena, mereka menganggap kondisi negara dalam keadaaan darurat.